Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jusuf Irianto
Dosen

Guru Besar di Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga, Surabaya

Memahami Respon Strategis Bank Sentral Mengatasi Inflasi

Kompas.com - 13/10/2022, 13:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT ini perekonomian baik nasional maupun global berada dalam ancaman inflasi. Jika tak efektif dikendalikan, inflasi akan mengakibatkan resesi ekonomi yang menyengsarakan rakyat.

Guna merespon ancaman tingginya inflasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akhir September lalu memutuskan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) naik 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen. Sementara suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility naik 50 bps masing-masing menjadi 3,50 persen dan 5,00 persen.

Kenaikan suku bunga tersebut merupakan respon strategis dan dapat dikategorikan sebagai front loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam mengatasi inflasi.

Baca juga: Suku Bunga Acuan Naik, Ini yang Harus Dilakukan Pengembang Properti

Dengan kenaikan suku bunga bank sentral diharapkan laju inflasi mereda disertai inflasi inti kembali pada sasaran semula, yakni 3,0 persen plus minus 1 persen pada paruh kedua tahun 2023.

Strategi atasi inflasi

Kenaikan suku bunga merupakan bagian strategi BI mengatasi inflasi. Sementara ada berbagai faktor lain yang memengaruhi inflasi, yakni jumlah uang beredar, jumlah produksi, dan lonjakan permintaan masyarakat yang mengakibatkan kenaikan harga atau berfluktuasi.

Secara teoritis, jika inflasi naik maka BI rate diupayakan naik. Sebaliknya, jika inflasi turun maka otomatis BI juga segera menurunkan rate tersebut. Perubahan suku bunga BI tak hanya berdampak pada kenaikan/penurunan harga, namun juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Agar momentum pertumbuhan ekonomi terjaga, BI selalu memperhatikan inflasi. Saat inflasi melaju seperti saat ini, suku bunga kredit dan deposito diupayakan naik dengan tujuan mengerem laju peredaran mata uang.

Sebailknya, jika pekonomian melemah, BI akan menurunkan bunga demi merangsang industri dan sektor ekonomi lain tetap tumbuh.

Keterkaitan kebijakan suku bunga dan upaya menekan inflasi menunjukkan pemerintah berkepentingan agar perekonomian tetap mengalami pertumbuhan.

Dalam kondisi seperti saat ini, BI diharapkan lebih efektif dalam mengendalikan laju inflasi untuk menjaga perekonomian tetap dinamis. Selain menjaga momentum dinamika perekonomian, kebijakan suku bunga dapat memengaruhi persepsi masyarakat.

Menghadapi kenaikan harga misalnya, masyarakat akan resah tak dapat memperoleh kebutuhan pokok karena kemampuan daya beli menurun. Untuk mengatasi keresahan masyarakat, suku bunga BI diturunkan agar perputaran kredit kian cepat sehingga memicu peningkatan ekonomi dan uang beredar.

Pemerintah berharap harga bahan pokok dapat segera turun atau kembali stabil. Sementara itu, BI juga berperan penting dalam mengontrol peredaran uang melalui peran strategis dunia perbankan.

Saat inflasi naik, dunia perbankan condong menyimpan uangnya di BI sebagai bagian dari strategi usaha. Strategi ini berdampak pada pengurangan uang beredar.

Lantas, apa perlunya kebijakan BI7DRR? Tatkala BI menurunkan suku bunga, perbankan akan mengambil dana yang disimpannya. Namun, penurunan BI rate tak secara otomatis segera membuka pintu bagi perbankan langsung memperoleh uangnya.

Perbankan harus menunggu setidaknya satu tahun agar dapat mengambil simpanannya. Secara sederhana, waktu tunggu satu tahun menyebabkan peningkatan uang beredar tak akan dapat segera terwujud dalam hitungan waktu yang singkat.

Baca juga: DBS Perkirakan BI Akan Naikkan Suku Bunga hingga 5 Persen

Laju kenaikan inflasi pun tak langsung menurun pasca-pengumuman penurunan BI rate. Hal ini disebabkan ada beberapa bank tetap menyimpan dananya sebagai pilihan rasional sesuai strategi usaha masing-masing.

Karena itu, pertumbuhan ekonomi tak dapat diwujudkan seketika seperti membalik telapak tangan. Dalam situasi demikian, BI merilis kebijakan BI7DRR sebagaimana diputuskan dalam RDG BI.

Simpanan dana perbankan nasional di BI memiliki rentang waktu lebih singkat. Melalui kebijakan BI7DRR, perbankan tak harus menunggu satu tahun untuk dapat menarik kembali dananya. Dengan kebijakan BI7DRR, hanya dalam rentang tujuh hari dan kelipatannya (14, 21 hari, dan seterusnya), bank dapat menarik kembali dana yang disimpannya.

Pengambilan dana itu mengiikuti suku bunga terbaru yang telah ditetapkan. Bagi bank, suku bunga yang diperoleh kemungkinan lebih kecil daripada BI rate akibat rentang waktu penarikan lebih singkat.

Namun, B17DRR berdampak positif karena dapat lebih memperlancar distribusi kredit kepada masyarakat. BI juga memperkuat kondisi ekonomi melalui bauran kebijakan menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi.

Bauran kebijakan berupa penguatan operasi moneter melalui kenaikan suku bunga di pasar uang sesuai kenaikan suku bunga BI7DRR. Tujuannya adalah untuk menurunkan inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran awal.

Strategi kenaikan suku bunga dan bauran kebijakan yang dikembangkan BI diharapkan menjadi instrumen efektif mengatasi inflasi demi kesejahteraan masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com