JAKARTA, KOMPAS.com - Volatilitas nilai tukar mata uang akibat pengutan nilai tukar dollar AS rupanya tidak hanya terjadi pada rupiah. Negara anggota G20 pun turut mengalaminya.
Oleh karenanya, bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar turut dibahas dalam pertemuan keempat menteri keuangan dan gubernur bank sentral (FMCBG) G20. Pasalnya, volatilitas nilai tukar valas ini menjadi salah satu tantangan ekonomi global.
Seperti diketahui, berbagai bank sentral tak terkecuali yang tergabung dalam G20 telah mengambil langkah pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan guna meredam lonjakan ekspektasi inflasi negaranya masing-masing.
Baca juga: Kemenkeu Dorong Adanya UU yang Mengatur Profesi Penilai
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, sebenarnya cara untuk mengatasi volatilitas pasar uang ini tergantung bagaimana bank sentral masing-masing negara lantaran kondisi ekonomi dalam negeri juga berbeda-beda.
Namun kata dia, bank sentral dapat melakukan manajemen aliran modal asing atau capital flows management guna mengatasi volatilitas pasar keuangan.
"Begitu pula soal pengelolaan arus modal, hal ini juga sedang dibahas dan juga menjadi bagian dari bagaimana menjaga stabilitas (mata uang) melalui bauran kebijakan di bank sentral," ujarnya saat konferensi pers 4th FMCBG virtual, Jumat (14/10/2022).
Baca juga: Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Dirut PLN: On The Track
Dia menyebut, manajemen arus modal asing ini telah dipraktikkan di Indonesia sejak 2010. Oleh karenanya, dia membagikan strategi stabilitas mata uang ini ke anggota G20 lain.
Sebab, dengan kebijakan ini pergerakan nilai tukar rupiah tidak seliar mata uang lainnya di kala nilai tukar dollar AS menguat seperti saat ini.
"Respons suku bunga, stabilitas nilai tukar, serta pengelolaan arus modal. Kami mempraktikkan bauran kebijakan bank sentral yang juga kami suarakan melalui G20," ucap Perry.
Baca juga: Jumlah Investor Pasar Modal Ditarget Tembus 10 Juta Sampai dengan Akhir Tahun Ini
Dia menambahkan, selain manajemen aliran modal asing, kesinambungan antara kebijakan moneter dan fiskal atau policy mix juga diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Misalnya, untuk menjaga stabilitas nilai mata uang umumnya bank sentral akan menyesuaikan suku bunga acuannya. Namun pergerakan suku bunga acuan ini akan berdampak pada sektor usaha dan berpengaruh pada inflasi.
Untuk itu, baik bank sentral maupun pemerintah harus saling berkomunikasi dan transparan dalam menentukan arah kebijakan masing-masing. Hal ini agar tercipta harmonisasi dalam stabilitas mata uang dan perekonomian.
Baca juga: SPKLU Pool Damri Kemayoran Resmi Beroperasi, Pengisian Daya Diklaim Sangat Cepat
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.