Penghematan pengeluaran yang dimaksud dalam konteks ini, didefinisikan sebagai selisih antara jumlah pengeluaran konsumsi dan nonkonsumsi Jakarta dengan pengeluaran konsumsi Yogyakarta dan nonkonsumsi Jakarta.
Definisi lainnya adalah, selisih antara jumlah pengeluaran konsumsi dan nonkonsumsi Jakarta dengan pengeluaran konsumsi Yogyakarta dan pengeluaran nonkonsumsi Yogyakarta.
Atau dalam formula lainnya, penghematan pengeluaran yang dimaksud ialah ketika angka “1” dalam penjelasan di atas, dikurangi dengan angka “2.” Selain itu, formula lain dari penghematan yang dimaksud adalah saat angka “1” dikurangi dengan angka “3.”
Ternyata, penghematan pengeluaran lebih besar atau sama dengan 37,5 persen per bulan tadi hanya bisa dicapai jika sesuai dengan sejumlah kondisi berikut ini:
Selisih itu diperoleh karena pengeluaran di Yogyakarta dengan gaya hidup Jakarta adalah Rp 1,7 juta atau Rp 1,59 juta jika hidup di Yogyakarta dengan gaya hidup Yogyakarta.
Bahkan, sekalipun tetap menggunakan gaya hidup Jakarta saat hidup di Yogyakarta, penghematan tetap bisa terjadi meski kisarannya turun menjadi 27 persen atau sekitar Rp 3,2 juta per bulan.
Selain itu, terdapat pula beberapa golongan penghasilan lainnya, yakni:
Menariknya, jika penghasilan seseorang di Jakarta berada dalam rentang Rp 2 juta - Rp 3 juta atau Rp 6 juta - Rp 7 juta lantas pindah ke Yogyakarta, penghematan pengeluaran hanya ada di kisaran 25 persen.
Besaran persentase tersebut lebih rendah dibandingkan kelompok penghasilan lain. Secara nominal, nilai penghematan pengeluaran per bulan sekitar Rp 500.000 untuk kelompok penghasilan Rp 2 juta - Rp 3 juta dan Rp 1,5 juta untuk kelompok penghasilan Rp 6 juta - Rp 7 juta.
Dan, yang paling beruntung dalam konteks gaji standar Jakarta lalu memilih tinggal di Yogyakarta adalah mereka yang berpenghasilan di atas Rp 7 juta. Mereka dapat menghemat pengeluaran lebih banyak, baik dalam konteks persentase maupun nominal rupiah.
Jika dihubungkan dengan metode WFH dan atau WFA dalam menjalani pekerjaan, belum bisa dipastikan apakah seluruh kelompok penghasilan di atas memiliki potensi yang sama untuk mengadopsi model kerja jarak jauh dimaksud.
Hal ini berkaitan dengan belum tersedianya data yang cukup untuk melakukan analisis lanjutan mengenai jenis-jenis pekerjaan tertentu yang dihubungkan dengan besaran penghasilannya.
Namun, apakah WFH dan atau WFA adalah pilihan yang bisa disediakan dan diambil oleh segala jenis industri dan pekerjaan? Apa saja pula yang menjadi keunggulan dan tantangan dari WFH dan atau WFA bila terus berlanjut selepas pandemi Covid-19 usai?
Kelebihan dan tantangan dari praktik WFH dan atau WFA di luar masa pandemi akan menjadi bagian 2 dari serial Gaji Jakarta, Kerja dan Tinggal di Yogyakarta.
Catatan:
Sebagian isi tulisan ini pernah terbit dalam blog Nurvirta Monarizqa, berjudul Gaji Jakarta Tinggal di Jogja, Realistiskah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.