Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Sempat Tembus Rp 15.500, Gubernur BI: Kami Terus Intervensi

Kompas.com - 20/10/2022, 05:09 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah masih dalam tren pelemahan terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pemicu utamanya ialah bank sentral AS yang sangat agresif menaikkan suku bunganya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, BI terus melakukan intervensi agar pergerakan nilai tukar rupiah stabil.

Pasalnya, sepanjang 2022 nilai tukar rupiah telah terdepresiasi sekitar 7 persen lantaran dollar AS menguat sekitar 19,2 persen dan indeks dolar AS mencapai 114.

"Mengenai nilai tukar rupiah, kami terus lakukan upaya untuk stabilisasi rupiah," ujarnya saat acara Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).

Baca juga: Mungkinkah Kurs Rupiah Tembus Rp 16.000 Per Dollar AS? Ini Kata Analis

Dia mengungkapkan, BI telah melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk memastikan nilai tukar rupiah relatif stabil dan tidak menimbulkan inflasi yang diimpor dari luar negeri (imported inflation).

Sebab, imported inflation ini dapat menyebabkan harga energi dan pangan global menjadi berdampak ke harga-harga di dalam negeri sehingga kemudian dapat meningkatkan inflasi nasional.

"Kami terus intervensi stabilisasi nilai tukar rupiah. Memastikan nilai tukar rupiah itu stabil, mendukung pemulihan ekonomi, mengendalikan inflasi, dan mempertahankan daya beli," ucapnya.

Adapun upaya-upaya BI mengintervensi di pasar valas melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

BI juga melanjutkan penjualan atau pembelian SBN di pasar sekunder (operation twist) untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dengan meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investasi portofolio asing melalui kenaikan yield SBN tenor jangka pendek sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan BI dan kenaikan struktur yield SBN jangka panjang yang lebih rendah, dengan pertimbangan tekanan inflasi lebih bersifat jangka pendek dan akan menurun kembali ke sasarannya dalam jangka menengah panjang.

"Kami melakukan pembelian dan penjualan SBN sehingga tentu saja yield SBN kita tetap menarik dari luar negeri, dari investor luar negeri tapi tidak membebani biaya fiskal sehingga kenaikan-kenaikan yield SBN ini tetap juga mendukung pembiayaan fiskal dari pemerintah," jelasnya.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini sempat tembus RP 15.505 per dollar AS tapi di akhir perdagangan sedikit membaik ke level Rp 15.498. Meski demikian, berdasarkan data Bloomberg rupiah tetap melemah 0,22 persen .

Baca juga: Tahan Modal Asing Keluar dan Jaga Nilai Tukar Rupiah, BI Perlu Naikkan Suku Bunga Jadi 4,75 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com