Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Sebut Percuma Ekonomi Tumbuh, Kalau Inflasi Tumbuh Lebih Tinggi

Kompas.com - 24/10/2022, 17:28 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI mengungkapkan, percuma jika pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif dibarengi lonjakan inflasi yang tinggi. Sebab itu artinya sama saja seperti tidak ada pertumbuhan ekonomi.

Deputi Gubernur BI Doni P Joewono megatakan, Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu menjaga pertumbuhan ekonomi, ketika sejumlah negara lainnya mengalami kontraksi di tengah ketidakpastian global.

Momentum pertumbuhan ini perlu dijaga seiring dengan menjaga inflasi. Sebab, meskipun ekonomi Indonesia terus terjaga di kisaran 5 persen, seperti pada kuartal II-2022 yang mencapai 5,44 persen, namun tidak ada artinya jika laju inflasi tak terkendali.

"Kita harus jaga momentum ini dengan menjaga inflasi. Percuma pertumbuhan ekonomi 5,4 persen kuartal II-2022 jika inflasi bisa lebih dari 10 persen, maka akan minus artinya, tidak ada growth (pertumbuhan)," ujar Doni dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Selatan, Senin (24/10/2022).

Baca juga: BI Perkirakan Inflasi Oktober 2022 Capai 0,05 Persen, Ini Faktor Penyebabnya

Oleh karena itu, salah satu upaya pengendalian inflasi dilakukan BI dengan memutuskan kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 4,7 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Oktober 2022.

Adapun kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 50 bps itu, melanjutkan kenaikan suku bunga pada Agustus 2022 yang sebesar 25 bps dan September 2022 sebesar 50 bps. Maka total suku bunga acuan BI sudah naik 125 bps di sepanjang tahun ini.

Sementara untuk laju inflasi, pada September 2022 tercatat inflasi Indonesia mencapai 5,95 persen secara tahunan (year on year/yoy), naik dari inflasi pada Agustus 2022 yang sebesar 4,69 persen (yoy).

Di sisi lain, berbagai lembaga internasional memperkirakan inflasi Indonesia akan mencapai kisaran 6 persen-7 persen hingga akhir tahun 2022. Proyeksi ini cukup tinggi, mengingat dalam kurun waktu lima tahun terakhir pemerintah berhasil menjaga inflasi di 5 persen, bahkan 3 persen.

"(Kenaikan suku bunga) ini kami sebut front loading, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang 7 persen. Orang anggap inflasi akan naik, itu ekseptasi, jadi kami coba overshooting untuk inflasi kami turunkan," paparnya.

Baca juga: 9 Penyebab Terjadinya Inflasi di Suatu Negara


Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi semua pihak untuk menjaga ekspektasi inflasi akhir tahun kembali di bawah 5 persen. Sebab, laju inflasi yang teralu tinggi juga akan berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun, bahkan menurunkan tingkat kesejahteraan.

BI pun berkomitmen melakukan koordinasi kebijakan yang erat melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNIP) dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, hingga kestabilan harga.

"Jadi ini makannya perlu upaya bersama untuk bahu-membahu menurunkan inflasi," tutup Doni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com