Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Potensi Besar, KKP Genjot Investasi Usaha Rumput Laut

Kompas.com - 25/10/2022, 14:15 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan, potensi Indonesia sebagai produsen rumput laut terbilang besar.

Direktur Perbenihan Ditjen Perikanan Budidaya KKP Nono Hartanto mengatakan, saat ini Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen rumput laut setelah China.

"Kita bisa memastikan sekitar 9 juta ton, China sebesar 18 juta ton pada tahun 2021. Memang nomor dua, tetapi masih ada gap yang cukup lebar," ucap dia dalam Bincang Bahari Peluang Investasi Usaha Rumput Laut di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Baca juga: Harga Sedang Tinggi, KKP Dorong Budidaya Rumput Laut di Takalar Sulsel

Ia menambahkan, dari sekitar 12,3 juta hektare lahan rumput laut yang telah teridentifikasi di Indonesia, baru sekitar 102 hektare atau 0,8 persen saja yang dimanfaatkan.

"Artinya masih terbuka peluang untuk bisa mengembangkan budidaya rumput laut," imbuh dia.

Lebih lanjut, ia bilang, masa panen rumput laut terbilang cepat hanya sekitar 35 sampai 45 hari saja. Harga rumput laut di pasaran sendiri dapat mencapai Rp 45.000 per kg.

Tak hanya itu, permintaan rumput laut di pasaran juga terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 4,8 persen per tahun.

Saat ini, pangsa pasar Indonesia mencapai 15,8 persen per tahun.

Selain mampu menciptakan lapangan kerja, budidaya rumput laut juga dinilai strategis karena bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Baca juga: Indonesia Ekspor 52,4 Ton Rumput Laut Kering ke Vietnam

"Dan yang sekarang jadi isu adalah budidaya rumput laut ini berkelanjutan dan jadi komoditas yang menyerap karbon cukup tinggi, ini potensi untuk perdagangan karbon," kata dia.

Daya serap karbon pada rumput laut sendiri mencapai 173 ton per hektare melalui fotosintesis.

Selain itu, produk turunan rumput laut juga beragam. Dengan begitu, potensi rumput laut masih sangat luas.

Nono menjelaskan, investasi yang dibutuhkan budidaya rumput laut terbilang murah.

"Hanya dengan Rp 50 juta untuk satu hektare per tahun sudah cukup. Pengembaliannya dalam satu tahun sudah selesai, bahkan ini adalah hitungan pada saat harga rumput laut Rp 12.000," ucap dia.

Saat ini, pihaknya tengah menyiapkan empat kawasan industrialisasi rumput laut sebagai upaya memanfaatkan potensi dan menangkap peluang komoditas rumput laut.

Empat kawasan itu tersebar di Nunukan, Kalimantan Utara, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Sumba Timur dan Rote, Nusa Tenggara Timur, serta Tual, Maluku.

"Kita sudah mencoba plotting bagaimana ini menjadi klaster industri rumput laut. Harapannya nanti ini akan menjadi satu daerah kawasan yang ter-protect dan hanya untuk pengembangan budi daya rumput laut," tandas Nono.

Baca juga: KKP Targetkan Jadi Produsen Unggulan Udang hingga Rumput Laut di Pasar Global

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com