Investasi yang kuat dalam rantai pasok kendaraan listrik diperkirakan akan terus berlanjut, mengingat sebagian besar negara anggota ASEAN mendukung pengembangan ekosistem dan pasar yang kompetitif, mendorong adopsi kendaraan listrik, dan menargetkan kebijakan nol-karbon. Investasi besar tersebut semestinya menjadi solusi ketidakadilan energi, jangan menjadi “lahan basah” bagi pihak tertentu untuk meraup keuntungan di tengah proses transisi energi.
Soalnya, kendaraan bermotor listrik dinilai masih sangat mahal. Selain harganya yang mahal, masyarakat masih enggan beralih ke kendaraan listrik karena masih tidak yakin atau belum tahu teknologi dan cara pemakaiannya.
Maka, diperlukan lebih banyak perhatian dan investasi dalam memahami perubahan sosial dan mempromosikan inovasi sosial terkait keterjangkauan bagi seluruh kelas masyarakat.
Transformasi energi yang menggunakan pendekatan inovasi sosial akan fokus pada siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan, dan siapa yang termarginalkan, siapa yang terpinggirkan, sehingga akan membangun proses elektrifikasi terbarukan yang inklusif dan berkeadilan.
Perubahan sistem energi tidak boleh lagi mengabaikan keadilan sosial. Elektrifikasi harus menjadi bagian penting dalam menciptakan masa depan yang lebih adil secara sosial dan berkelanjutan.
Namun, untuk memaksimalkan potensi itu, diperlukan lebih banyak investasi untuk memahami perubahan sosial, politik, dan ekonomi untuk memperkuat demokrasi energi kita.
Maka, elektrifikasi dan energi terbarukan harus secara eksplisit dikaitkan dengan investasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan masyarakat daripada kepentingan perusahaan besar, bukan justru membentuk kekuatan monopoli baru yang pada akhirnya menjadi distori untuk demokratisasi pasar energi terbarukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.