Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Kadin 100 Perusahaan RI Lakukan Dekarbonisasi Industri hingga November 2022

Kompas.com - 25/10/2022, 19:16 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Berkolaborasi dengan Kadin Net Zero Hub (NZH), sebanyak 50 perusahaan nasional menyatakan komitmennya atas Dekarbonisasi Industri.

Dari perusahaan yang merealisasikan komitmennya untuk dekarbonisasi industri melalui Industry Pledge diantaranya adalah PT Tira Austenite Tbk, PT Red Planet Indonesia Tbk, PT Samora Usaha Makmur, PT Mitra Kiara Indonesia, April Group, PT Ever Shine Tex Tbk, PT Chemstar Indonesia Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT NQA Indonesia, PT dan Aneka Gas Industri Tbk.

Ketua Kadin NZH, Muhammad Yusrizki berharap titik awal gerakan dekarbonisasi yang dilakukan pertama kali oleh 50 perusahaan Indonesia itu akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan Indonesia lainnya.

"Komitmen dekarbonisasi yang dilakukan 50 perusahaan pertama di Indonesia ini menggambarkan sektor swasta nasional sudah menunjukkan geliat nyata mereka untuk membantu pemerintah dalam hal mengurangi emisi karbon," ujarnya dalam siaran resminya, Selasa (25/10/2022).

Baca juga: Kadin: Indonesia Sulit Capai Target NDC Tanpa Dekarbonisasi Industri

Adapun Kadin NZH menargetkan setidaknya 100 perusahaan nasional menyatakan komitmen atas dekarbonisasi industri pada gelaran B20 Summit bulan November nanti di Bali.

Yusrizki membeberkan, inisiatif kolaborasi antara Kadin NZH dengan sejumlah pengusaha tersebut berlatarbelakarang belum terlihatnya urgensi untuk menurunkan emisi karbon di sektor industri atau dekarbonisasi industri di kalangan pemangku kepentingan bisnis nasional.

Di sisi lain, kendala terbesar perusahaaan-perusahaan yang sudah mengerti dan ingin melakukan dekarbonisasi industri adalah minimnya informasi, pengetahuan terkait proses transisi itu sendiri, dan akses kepada energi bersih.

“Yang belum banyak disadari oleh stakeholder bisnis nasional adalah perubahan tatanan bisnis dan investasi global yang akan sangat berdampak kepada pelaku usaha dalam negeri,” kata Yusrizki.

Baca juga: IRENA dan Para Pemimpin Industri Luncurkan Aliansi Dekarbonisasi Industri Global

Tantangan proses dekarbonisasi industri

Proses dekarbonisasi diakuinya memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh perusahaan dengan skala apapun, bahkan perusahaan berskala multinasional juga memiliki tantangannya tersendiri dalam proses transisi.
Yusrizki yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Tetap Energi Baru Terbarukan Kadin Indonesia ini mengungkapkan, dalam kegiatan tersebut Kadin NZH mengajak diskusi para pengusaha mengenai penghitungan emisi gas karbon perusahaan, hingga perencanaan kerangka kerja operasional rendah emisi.


“Mengenai standar Science Based Target Initiatives (SBTi) yang merupakan panduan global dalam dekarbonisasi industri. Pendampingan teknis ini diberikan secara komprehensif, tanpa biaya kepada perusahaan-perusahaan nasional yang serius ingin melakukan transisi menuju Net Zero Company. Saat ini sebanyak 50 perusahaan telah tergabung dalam Kadin NZH,” beber Yusrizki.

Baca juga: Kadin Ajak Dunia Usaha Lakukan Dekarbonisasi

Dia juga menekankan perlunya bantuan langsung dari pemerintah sehingga aksi-aksi korporasi akan terus berkembang sehingga Indonesia dapat mencapai target penurunan emisi karbon.

“Salah satu hal yang paling menyulitkan perusahaan dalam dekarbonisasi industri adalah ketersediaan dan akses kepada energi ramah lingkungan,” tegas Yusrizki.

Saat ini investor disebut Yusrizki mulai menetapkan persyaratan baru dalam pengambilan keputusan investasi, misalnya akses kepada energi bersih, kadar emisi dalam jaringan kelistrikan nasional, dan poin-poin terkait mitigasi bencana alam.

“Singkatnya, investor dan perusahaan multi nasional tidak mau berinvestasi di negara-negara dengan emisi karbon yang tinggi. Ini akan sangat mempengaruhi Foreign Direct Investment ke Indonesia, baik investasi baru maupun investasi yang saat ini masih berjalan,” ungkapnya.

Beberapa parameter konvensional dalam investasi, seperti ketersediaan buruh murah dan kemudahan perizinan, berangsur akan mulai digantikan dengan parameter baru seperti ketersediaan dan akses kepada energi bersih, tingkat emisi karbon dalam jaringan kelistrikan nasional (grid emission factor).

Sebagai contoh, saat ini, sebanyak 370 perusahaan multinasional bergabung dalam inisiatif global RE100 dengan komitmen menggunakan energi terbarukan secara bertahap, yaitu 60 persen di tahun 2023, 90 persen di tahun 2040, dan 100 persen di tahun 2060.

Dari 370 perusahaan tersebut, banyak yang saat ini sedang melakukan kegiatan usaha di Indonesia.

Sesuai dengan komitmen RE100 yang sudah ditandatangani, perusahaan-perusahaan tersebut berlomba-lomba dalam mencapai target penggunaan energi terbarukan di seluruh lini usaha dan produksi di seluruh negara tempat mereka melakukan kegiatan usaha, termasuk Indonesia.

Indonesia sendiri tertinggal dalam penyediaan energi terbarukan di kawasan ASEAN.

Vietnam, Kamboja, dan Thailand yang lebih unggul dalam penyediaan energi bersih dengan kapasitas terpasang energi terbarukan masing-masing sebesar 55,8 persen, 54,8 persen, dan 30,3 persen, sementara Indonesia berada di angka 14,8 persen (ASEAN Power Updates, 2021).

“Secara logika, perusahaan akan meningkatkan investasinya di negara-negara dengan ketersediaan dan akses kepada energi hijau, dan akan meninggalkan negara-negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan akan energi bersih. Ini satu hal yang harus disadari oleh khususnya pengambil kebijakan,” imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com