Analis energi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Putra Adhiguna mengungkapkan, peran gas sebagai ‘jembatan’ transisi energi akan semakin dalam tekanan besar.
Dengan terpinggirkannya Rusia sebagai eksportir gas raksasa ke Eropa, dorongan untuk memendekkan jembatan ini akan semakin menguat.
“Volatitas harga menyulitkan negara-negara berkembang importir LNG (gas cair) dalam berkompetisi dengan pasar-pasar besar. Hal ini turut menekan reputasi gas sebagai energi yang kerap menjanjikan opsi energi yang ‘affordable and reliable’,” jelas Putra.
Putra menambahkan, saat ini Indonesia masih memiliki cadangan gas yang bisa bertahan beberapa dekade, namun harus sangat berhati-hati dalam mendorong penggunaan gas besar-besaran dengan ‘harga semu’.
“Melindungi pembangkit listrik dan industri dengan harga semu yang ditopang pemerintah hanyalah landas pacu yang harus digunakan dengan baik,” lanjut Putra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.