Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional Rendah, OJK: Pelajar Indonesia Rentan dari Sisi Keuangan

Kompas.com - 28/10/2022, 20:50 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot menyebut pelajar Indonesia menjadi kalangan yang rentan dalam memahami dan menggunakan layanan keuangan.

Pasalnya, tingkat literasi dan inklusi keuangan secara nasional masih rendah yang tercermin dari indeks literasi keuangan 38,3 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen.

Selisih yang cukup besar ini mengindikasikan sebagian besar masyarakat sudah memiliki akses ke berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan. Namun hanya sedikit yang memahami manfaat dan risiko dari lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan.

Baca juga: OJK: Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional Masih Memiliki Gap yang Besar

Indeks literasi dan inklusi keuangan nasional yang rendah ini membuat masyarakat Indonesia rentan dalam menggunakan layanan jasa keuangan karena tidak memahami manfaat dan risiko produk keuangan yang digunakan. Inilah salah satu alasan yang membuat masyarakat Indonesia banyak yang terjerat investasi bodong hingga pinjaman online (pinjol) ilegal.

Sekar mengatakan, jika tingkat literasi dan inklusi keuangan nasional saja sudah rendah, maka tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar tentu lebih rendah lagi.

Rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar ini yang membuat banyak pelajar tidak memahami pentingnya menabung dan berinvestasi sejak dini.

"Tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rentan ini membuat kelompok pelajar lebih rentan dari sisi keuangan, masih banyak yang belum memahami keuangan sejak dini," ujarnya saat acara PermataBank di SD Budi Wanita, Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Oleh karenanya, Presiden Joko Widodo menargetkan tingkat inklusi keuangan mencapai 90 persen pada 2024 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan inklusif.

Dalam pencapaian target tersebut, kalangan pelajar menjadi target yang diutamakan untuk digenjot kenaikan inklusi keuangannya.

Baca juga: Sistem Pay Later Berkembang Pesat, Literasi Keuangan Harus Ditingkatkan

"Kelompok belajar ini merupakan salah satu yang menjadi sasaran kunci untuk pencapaian target tersebut," ucapnya.

Untuk itu, OJK mengagas program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) yang mendorong seluruh pelajar untuk memiliki rekening tabungan.

Sampai dengan Kuartal II 2022, capaian KEJAR telah mencapai angka 49,6 juta rekening dengan total nilai Rp 27,66 triliun rupiah atau sebesar 76,73 persen dari 64,6 juta pelajar di 2021.

"Ini kami targetnya tahun 2022 untuk mencapai angka 80 persen," tambahnya.

Kemudian, ada juga program Simpanan Pelajar (SimPel/SimPel iB) yaitu produk yang diinisiasi OJK untuk memperluas akses keuangan bagi segmen pelajar.

Sampai dengan Kuartal II 2022, telah terdapat 41,98 juta rekening tabungan SimPel dengan total nominal Rp 7,1 triliun. Selain itu, telah terdapat Perjanjian Kerja Sama dengan 485.961 sekolah dan 404 bank.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com