BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Gopay

Kisah Wearing Klamby, dari Dagang Baju “Preloved”, Ikut London Fashion Week, hingga Jual 10.000 Baju dalam 30 Menit

Kompas.com - 31/10/2022, 13:41 WIB
Siti Sahana Aqesya,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebagai jenama fesyen, mengikuti ajang fashion week kenamaan seperti London Fashion Week merupakan salah satu impian. Sebab, dengan ikut ajang prestisius seperti itu, kualitas produk berarti diakui oleh dunia fesyen internasional.

Hal itu juga menjadi impian jenama fesyen asal Indonesia, Wearing Klamby. Jenama ini membuat kejutan sebagai label fesyen modest pertama yang tampil di ajang London Fashion Week 2022.

Pada ajang tersebut, Wearing Klamby menampilkan koleksi khusus, yakni “The Tudor Rose” yang terinspirasi dari wastra tenun Garut. Karena tampilannya yang menarik, koleksi ini menjadi salah satu ikon yang mendapat sorotan mata pencinta fesyen di ajang tersebut.

Kesuksesan Wearing Klamby menembus London Fashion Week merupakan hal unik. Pasalnya, Wearing Klamby berhasil menawarkan busana dengan sentuhan budaya Indonesia kepada dunia internasional di tengah penetrasi tren pakaian luar negeri di pasar lokal.

Model profesional menggunakan koleksi busana Wearing Klamby bernama ?The Tudor Rose? yang terinspirasi dari wastra tenun Garut pada London Fashion Week 2022. Dok. Wearing Klamby Model profesional menggunakan koleksi busana Wearing Klamby bernama ?The Tudor Rose? yang terinspirasi dari wastra tenun Garut pada London Fashion Week 2022.

Di balik cerita sukses tersebut, siapa sangka Wearing Klamby ternyata berawal dari bisnis barang bekas atau preloved. Pada 2012, pendiri Wearing Klamby, Nadine Gaus, memulai bisnis dengan berjualan baju bekas yang ia beli di sekitar Yogyakarta.

Barang-barang tersebut ia pasarkan melalui media sosial dan mendapatkan respons positif dari konsumen. Lalu, Nadine pun memutuskan mendirikan merek sendiri dengan nama Wearing Klamby dengan sistem pre-order pada 2013.

Perjalanan bisnis Wearing Klamby tak langsung berjalan mulus. Di fase awal, operasional bisnis Wearing Klamby masih didukung oleh keuntungan dari berjualan barang bekas.

Lalu, Wearing Klamby menerima pesanan dari pelanggan internasional di Malaysia dan Singapura. Momentum ini menjadi titik mula perkembangan bisnis Wearing Klamby.

Dari keuntungan pesanan tersebut, skala bisnis Wearing Klamby kemudian dikembangkan menjadi lebih besar lagi. Bermula dari melayani pesanan pre-order, jenama fesyen lokal ini mulai memproduksi baju lebih banyak untuk melayani permintaan pelanggan yang semakin meningkat.

Sempat hadapi kendala

Digital Marketing Manager Wearing Klamby Adwin Rahmanto bercerita, Wearing Klamby sempat kewalahan dalam melayani permintaan pelanggan, terutama dalam mengelola pembayaran.

Pasalnya, pada fase awal, perusahaan hanya mengandalkan situs web sebagai kanal pemasaran produk dengan metode pembayaran hanya menggunakan transfer bank manual.

“Di fase awal bisnis, belum ada masalah dengan metode pembayaran ini karena jumlah transaksi masih belum begitu banyak,” aku Adwin seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (27/10/2022).

Lambat laun, pesanan Wearing Klamby mengalami peningkatan. Bahkan, koleksi jenama ini pernah terjual ludes dalam waktu singkat. Hal ini membuat Wearing Klamby kewalahan dalam memproses pembayaran pelanggan.

“Kami bahkan pernah menjual 10.000 produk hanya dalam waktu 30 menit. Pernah juga sebanyak 25.000 pelanggan yang mengakses situs web penjualan kami dalam waktu bersamaan. Akhirnya, kami memutuskan untuk menggunakan Midtrans untuk memproses dan memverifikasi pembayaran dari pelanggan secara otomatis,” ujar Adwin.

Suasana fashion show Wearing Klamby pada London Fashion Week 2022. Dok. Wearing Klamby Suasana fashion show Wearing Klamby pada London Fashion Week 2022.

Untuk diketahui, Midtrans merupakan penyedia layanan payment gateway atau gerbang pembayaran dari GoTo Financial.

Setelah bermitra dengan perusahaan tersebut, Adwin mengakui bahwa proses transaksi online untuk pembelian produk Wearing Klamby menjadi lebih mudah.

Pasalnya, Midtrans melayani 25 metode pembayaran yang tak hanya terbatas pada GoPay dan transfer bank semata. Layanan ini juga mengakomodasi transaksi menggunakan kartu kredit dan debit, serta e-wallet.

”Kami sempat empat kali berpindah platform e-commerce berbasis website untuk mengakomodasi tingkat traffic yang tinggi dan jumlah pesanan yang masuk. Selama proses itu, Midtrans tetap jadi payment gateway yang kami gunakan karena proses integrasinya mudah dan lancar,” terang Adwin.

Setelah menyerahkan proses transaksi dengan sistem yang diusung Midtrans, Adwin dan tim Wearing Klamby dapat semakin fokus dalam mengembangkan inovasi produk dan mengelola transaksi dengan lebih efisien.

Tidak hanya itu, kepuasan pelanggan dalam melakukan transaksi online pun lebih terjaga.

Berkat inovasi yang terus dikembangkan, kini Wearing Klamby sudah memiliki empat toko fisik di dua kota besar di Indonesia.

“Ke depan, Wearing Klamby akan terus berusaha memperkenalkan keunikan budaya Indonesia melalui produk modest fashion wear kebanggaan bangsa,” ujar Adwin.

Baca tentang

Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com