JAKARTA, KOMPAS.com - Holding Pangan ID Food mempersiapkan mitigasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pangan pada 2023.
Direktur Utama Holding Pangan ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan, momentum G20 khususnya membuat ID Food berkomitmen dalam menjaga keseimbangan hulu dan hilir pangan dalam menghadapi tantangan variabilitas dan perubahan iklim.
Termasuk persiapan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim melalui kolaborasi dengan para stakeholder untuk membahas persiapan dan langkah-langkah dalam mengantisipasi dan beradaptasi menghadapi tantangan variabilitas iklim di tahun 2023 mendatang.
Baca juga: Cara Buat CV dan Surat Lamaran Kerja Agar Mudah Diterima Kerja
“Kami akan adakan forum diskusi publik secara berkelanjutan dengan para pakar, akademisi untuk mendukung transformasi hulu hilir pangan. Konsepnya pun bergaya podcast agar milenial, pelajar dapat ikut serta belajar sektor pangan,” ujar Frans dalam siaran resminya, Senin (31/10/2022).
Sementara itu, Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB Akhmad Faqih mengatakan, sejak tahun 2020 hingga 2022 saat ini, iklim di Indonesia cenderung lebih basah dari biasanya.
“Jadi ini yang karena fenomena LaNina, salah satu yang menyebabkan kenapa kondisi kita ini di 2022 masih lebih basah dari biasanya dan sering hujan,” jelas Faqih.
Baca juga: OJK Cabut Izin Perusahaan Modal Ventura PT Insan Mulia Investama
Faqih melanjutkan, fenomena LaNina menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim yang lebih basah, dengan penerimaan curah hujan lebih tinggi dari kondisi normalnya.
Namun demikian dampak LaNina kemungkinan tidak sama di wilayah lain, seperti di benua Amerika, sebagian mereka justru mengalami kekeringan.
Jadi dengan adanya perbedaan pengaruh fenomena LaNina ini, apabila dikaitkan dengan pangan global, maka pengaruhnya juga akan berbeda.
Dampak La Nina tergantung pada keterkaitannya dengan sirkulasi udara global dan faktor lainnya yang juga mempengaruhi.
“Kejadian ‘triple-dip’ La Nina yang berkepanjangan selama tiga tahun ini tidak hanya mempengaruhi Indonesia, tetapi juga negara-negara G20 lainnya. Seperti halnya Indonesia yang mengalami peningkatan presipitasi yang lebih tinggi dari normalnya, negara Afrika Selatan, Australia, India, sebagian Kanada juga mengalami hal serupa. Sebaliknya negara-negara G20 seperti Amerika terutama di bagian selatan, Saudi Arabia, Brazil, dan Mexico justru mengalami kondisi yang lebih kering dari biasanya,” kata Faqih.
Baca juga: Sektor Energi Melesat, IHSG Ditutup Hijau
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.