Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Maulana
Direktur Center of Economic and Social Innovation Studies (CESIS)

Peneliti dan Penulis

Keadilan Pekerja Saat Tren PHK dan Kehilangan Penghasilan

Kompas.com - 01/11/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di sisi pengeluaran, dalam mekanisme manajemen krisis pemerintah memberi dukungan lebih berupa subsidi upah dan bantuan sosial.

Sedangkan di sisi pendapatan pemerintah memastikan bahwa individu dan perusahaan secara otomatis membayar pajak lebih sedikit ketika ekonomi melambat.

Tetapi, selama ini stabilisator otomatis mungkin tidak tersedia atau mungkin tidak cukup dalam menghadapi krisis besar, terutama di negara-negara berkembang di mana informalitas pekerjaan masih tersebar luas.

Dalam situasi tersebut, tindakan diskresioner dapat secara fleksibel menyesuaikan bantuan dengan situasi tertentu.

Ukuran penstabil otomatis dapat diukur melalui simulasi mikro yang mengukur seberapa baik sistem pajak dan tunjangan yang ada menahan guncangan terhadap pendapatan pasar rumah tangga (pendapatan sebelum pajak dan transfer).

Pendekatan ini memungkinkan analisis rinci berdasarkan karakteristik rumah tangga, tetapi tidak memperhitungkan efek umpan balik pada pendapatan agregat ketika kebijakan berubah.

Stabilisasi pendapatan penduduk termiskin menunjukkan bahwa kebijakan sebagian besar memang ditujukan kepada mereka yang paling membutuhkan bantuan, bukan justru menjadi alasan perusahaan bertindak semena-mena terhadap pekerja rentan.

Selain itu, respons fiskal yang beragam selama pandemi membuka alasan baru untuk mendukung rumah tangga saat terjadi PHK dan kehilangan penghasilan.

Berbagai analisis juga mendukung desain kebijakan retensi pekerjaan yang benar-benar bisa berpihak pada pekerja rentan.

Maka, pemerintah perlu mempersiapkan strategi pelengkapnya. Pertama, skema retensi pekerjaan dapat menjadi bagian yang lebih menonjol dari perangkat ketahanan pekerja untuk masa depan krisis, bersama dengan langkah-langkah dukungan subsidi upah maupun tunjangan sejenis yang meringankan beban berat pekerja.

Kedua, setelah arsitekturnya diterapkan, skema dapat memberikan penyangga yang tepat waktu dan efektif serta mengurangi dampak buruk akibat hilangnya pendapatan tenaga kerja, terutama bagi pekerja yang rentan seperti pekerja muda dan pekerja berketerampilan rendah.

Untuk itu, tindakan-tindakan arogan dan tidak berempati terhadap pekerja jelas tidak dapat dibenarkan dan perlu mendapat sanksi tegas bagi perusahaan yang memperlakukan pekerja secara tidak adil.

Sebab, kebijakan diskresioner inilah yang menjadi tumpuan pemerintah di banyak negara untuk memberikan dukungan penuh kepada rumah tangga yang terdampak cukup berat selama masa krisis berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com