JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot ditutup melemah pada sesi perdagangan Selasa (1/11/2022). Hal serupa terjadi pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor.
Melansir data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.628 per dollar AS, melemah 0,19 persen. Mata uang Garuda sebenarnya sempat terdepresiasi cukup dalam pada awal perdagangan, ke posisi Rp 15.660 per dollar AS.
Namun, setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data indeks harga konsumen (IHK) Oktober yang mengalami penurunan secara bulanan sebesar 0,11 persen. Setelah data tersebut diumumkan, pelemahan rupiah terhadap dollar AS terpangkas.
Baca juga: Saham Sektor Energi Rontok, IHSG Ditutup Melemah
Jika mengacu Jisdor, nilai tukar rupiah juga terapresiasi. Pada sesi perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah Jisdor berada pada level Rp 15.647 per dollar AS, lebih tinggi dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp 15.596 per dollar AS.
Depresiasi rupiah selaras dengan meningkatnya indeks dollar AS. Mengacu data investing, greenback sampai dengan sore hari ini naik ke kisaran 111.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Irahim Assuaibi mengatakan, kenaikan indeks mata uang Negeri Paman Sam disebabkan oleh langkah antisipatif pasar jelang pengumuman hasil rapat kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Pasar meyakini, The Fed kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 75 basis points atau setara 0,75 persen pada Rabu (2/11/2022) waktu setempat.
"Suku bunga AS berada pada level tertinggi sejak krisi keuangan 2008 dan diperkirakan akan menjaga dollar tetap optimis dan emas dalam beberapa bulan mendatang," kata dia, dalam risetnya.
Baca juga: Hadapi Krisis Cip Semikonduktor, Menperin Lobi AS
Namun depresiasi rupiah mampu diredam oleh sentimen positif dalam negeri, utamanya rilis data IHK BPS. Laju inflasi secara tahunan mengalami perlambatan ke level 5,71 persen pada Oktober 2022.
"Inflasi lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu 5,95 persen," kata Ibrahim.
Selain itu, sentimen positif juga datang dari data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur atau indeks manufaktur Indonesia. Meskipun menurun ke level 51,8, aktivitas manufaktur nasional masih berada pada level ekspansif sampai dengan Oktober.
"Hal ini menjadi kabar baik di tengah isu resesi dunia," ucapnya.
Baca juga: Lengkap, Simak Daftar Harga BBM Hari ini di Pertamina
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.