Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Mungkin kita pernah mempunyai rekan kerja yang kerap pindah ke perusahaan baru dalam rentang waktu singkat. Biasanya, orang itu disebut sebagai “kutu loncat” karena perjalanan kariernya yang kerap berpindah-pindah.
Eza Hazami, Content Employer dan Employer Branding Specialist, pun juga memberikan pandangannya terkait fenomena ini dalam siniar Obsesif musim ketujuh bertajuk “Karier Kutu Loncat, Oportunis atau Realistis?” yang dapat diakses melalui dik.si/ObsesifS7EP4.
Eza mengungkapkan kalau “kutu loncat” kerap diasosiasikan negatif. Padahal, kita juga perlu mengetahui dari dua sisi. Ia pun menekankan penyebab hal ini, “Soalnya kita suka nge-judge duluan tanpa tahu alasan di baliknya.”
Biasanya, karyawan yang senang berpindah-pindah pekerjaan memiliki berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Ada beberapa dari mereka yang memiliki target pencapaian tinggi.
Dalam kasus ini, jika si “kutu loncat” merasa sudah cukup membantu perusahaan meraih target, mereka akan pindah ke tempat kerja lainnya untuk mewujudkan pencapaian baru.
Sementara alasan lainnya adalah situasi kantor yang kurang kondusif. Eza menambahkan, “Apalagi fresh graduate yang masih belum tahu plus-minusnya. Atau dari lingkungannya, atau dari company-nya gak bisa dukung growth gitu lah, ya.”
Baca juga: Lakukan Ini Saat Menghadapi Bos yang Tidak Adil
Akan tetapi, bukan tidak mungkin si “kutu loncat” ini memiliki tekanan dan tuntutan yang berasal dari keluarga.
Pasalnya, tidak dapat dimungkiri bahwa keluarga juga merupakan elemen penting dalam karier dan bahkan bisa jadi si “kutu loncat” ini merupakan tulang punggung keluarganya.
Sebagai HR, Eza memandang “kutu loncat” sebagai hal yang menantang. Itu sebabnya, diperlukan riset dan obrolan yang mendalam saat melakukan wawancara. Pria ini kerap menanyakan target pekerjaan yang ingin diraih.
Menurutnya, dunia kini sudah berubah dan perbedaan zaman menjadi faktor utamanya. Pada zaman orangtua kita dulu, lapangan pekerjaan masih sangat sedikit sehingga karyawan sulit berpindah-pindah ke tempat kerja baru.
Kini, perusahaan dengan berbagai macam jenis pun tersedia. Banyak pula pekerjaan baru yang semakin berinovasi. Alasan-alasan tersebut yang membuat anak muda semakin mudah menjadi “kutu loncat”.
“Karena aku lihat anak muda susah diajak loyal, kecuali sesuai dengan passion dan value mereka. Soalnya, value perusahaan juga mempengaruhi (mereka),” jelas Eza.
Oleh karena itu, ada tiga hal yang biasa Eza lakukan saat berhadapan dengan karyawan “kutu loncat”.
Pertama adalah pengecekan latar belakang. Pada tahap ini, Eza akan bertanya ke HR di perusahaan sebelumnya terkait alasan yang bersangkutan pindah. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada masalah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.