Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investigasi Kecelakaan Pesawat Sriwijaya SJ-182 Terhambat Anggaran, Komisi V DPR Soroti Utang KNKT

Kompas.com - 03/11/2022, 19:04 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi V DPR Lasarus menyayangkan proses investigasi jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ 182 pada Januari lalu terhambat, salah satunya karena anggaran.

Lasarus menyoroti pernyataan Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo terkait kekurangan anggaran dan utang dalam penyelesaian investigasi jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-500 tersebut.

"Ini sudah 12 bulan, harusnya sudah selesai. Sekarang sudah masuk ke 22 bulan, ini baru bisa dituntaskan, hambatan salah satunya adalah soal anggaran," kata Lasarus dalam rapat kerja Komisi V di Kompleks Parlemen, Kamis (3/11/2022).

Baca juga: KNKT Ungkap Hasil Investigasi Kecelakaan Pesawat Sriwijaya SJ-182

"Ini utang sudah dibayar semua belum?" tanya Lasarus.

Menanggapi Lasarus, Nurcahyo mengatakan, KNKT sudah membayar utang terkait pelaksanaan investigasi kecelakaan pesawat tersebut.

"Sudah (dibayar) pak, sudah," ujar Nurcahyo.

Lasarus meminta KNKT memastikan kembali terkait anggaran dan utang agar pemerintah dapat memberikan besaran anggaran yang sesuai.

"Utang sudah dibayar semua pak? Kalau enggak ada, minta saya duitnya pak. Kalau saja negara enggak punya duit, bayar beginian, malu pak kita sebagai warga negara ini," ujarnya.

Baca juga: Menteri Teten Bakal Pangkas Proses Pengurusan Sertifikasi Halal UMKM Jadi 3 Hari

Lebih lanjut, terkait hasil investigasi KNKT, Lasarus mengkritik Sriwijaya karena dinilai tidak kompatibel dalam memberikan layanan jasa penerbangan.

Ia menyoroti pengunduhan flight data recorder dari pesawat Sriwijaya yang tidak sesuai ketentuan.

"Ini baru 53 persen tadi pak, ini masalah di Sriwijaya ini menyangkut keselamatan harusnya tidak ada toleransi Pak Ditjen Udara, dengan regulasinya kita yang menentukan, kalau memang tidak kompatibel, tutup pak. Jangan kasih terbang dia, itu jauh lebih baik," ucap dia.

Baca juga: Harga Rata-rata Minyak Mentah RI Naik Jadi 89,10 Dollar AS Per Barrel

Sebelumnya dalam rapat kerja Komisi V, Nurcahyo mengungkapkan hasil investigasi jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182.

Ia meyakini terjadi gangguan pada sistem mekanikal pada pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut.

"Hasil flight data recorder (FDR) yang sudah kita unduh, pada saat climbing terjadi perubahan mode auto pilot dari yang semulanya menggunakan manajemen computer berpindah menggunakan mode control panel," kata Nurcahyo.

Nurcahyo mengatakan, dalam kondisi normal, auto-throttle dapat menggerakkan kedua thrust lever kanan dan kiri untuk mundur dan mengurangi tenaga mesin.

Baca juga: Industri PVC Dinilai Berpotensi Jadi Akselerator Pembangunan Berkelanjutan

Namun, saat penerbangan, auto-throttle pada pesawat tidak bisa menggerakkan thrust lever di sebelah kanan.

KNKT, kata dia, telah memeriksa 7 komponen terkait auto throttle tersebut sehingga diyakini terjadi gangguan sistem mekanikal pada thrust lever di sebelah kanan, bukan pada sistem komputer.

"Karena padatnya lalu lintas hari itu dan ada pesawat dengan tujuan penerbangan yang sama ke Pontianak, pesawat SJ ini diminta oleh air traffic controller untuk berhenti di ketinggian 11 ribu kaki," ujarnya.

Nurcahyo mengatakan, pada ketinggian pesawat 11.000 kaki tenaga mesin semakin berkurang karena thrust lever di sebelah kanan tidak bergerak. Perbedaan thrust lever kanan dan kiri ini disebut asimetri.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Kredit Pasca-pandemi, JCB Gandeng OTA

Ia mengatakan, untuk mencegah asimetri tersebut, sistem CTSM harus memutuskan auto throttle.

Namun, terjadi keterlambatan yang diyakini akibat informasi dari flight spoiler memberikan nilai rendah sehingga komputer memberikan sensor yang berbeda.

"Pesawat yang tadinya sedang berbelok ke kanan, karena perubahan posisi thrust lever sebelah kiri yang makin berkurang menghasilkan tenaga mesin, akhirnya pesawat menjadi datar, tidak bergerak, tidak berbelok, akhirnya berpindah berbelok ke kiri yang tadinya berbelok ke kanan," tuturnya.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Kredit Pasca-pandemi, JCB Gandeng OTA

Nurcahyo melanjutkan, selama penerbangan terdapat perubahan posisi thrust lever, penunjukan indikator mesin, dan perubahan sikap pesawat yang tidak disadari pilot.

Selain itu, ia mengatakan, suara kapten tidak terekam diduga karena tak menggunakan headset sehingga analisis tak bisa dilakukan.

"Kemudian ada mikrofon yang kami harapkan bisa merekam apapun suara yang ada di cockpit tapi tertutup suara bising. Jadi kami tidak bisa menganalisa bagaimana kerja sama cockpit, apa saja perintahnya dari kapten ke kopilot," ucap dia.

Baca juga: KNKT Ungkap Hasil Investigasi Kecelakaan Pesawat Sriwijaya SJ-182

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com