Pasca-penandatanganan akusisi Freeport, MIND ID menjadi perhatian pelaku pasar lokal dan global. MIND ID (dulu Inalum) menjadi magnet baru karena sukses melakukan konsolidasi dengan membentuk perusahaan holding tambang (PT Timah Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT Bukit Asam Tbk).
MIND ID menjadi korporasi raksasa dan bisa menyaingi raksasa-raksasa tambang dunia seperti Rio Tino, BHP Balliton, dan Freeport McMoran.
Nilai pasar (market value) MIND ID nantinya akan menjadi sangat besar, sekitar 15 miliar dolar (atau setara Rp 235, 6 triliun). Nilai pasar seperti itu sudah cukup untuk menyaingi induk usaha Freeport Indonesia, Freeport McMoran, yang memiliki nilai pasar 20,9 miliar dolar.
Namun, MIND ID masih banyak memiliki ruang untuk untuk berekspansi. Perusahaan itu diuntungkan dengan pemberlakuan UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Minerba yang memberi ruang kepada pemerintah untuk mengembalikan pertambangan strategis ke tangan negara sesuai dengan amanat UUD 1945.
Sejak tahun 2019, MIND ID memang menargetkan pendapatan tahun 2025 mencapai 22 miliar dolar (atau Rp 345,5 triliun). Untuk mencapai target itu, MIND ID tentu harus mampu melakukan ekspansi bisnis dan mampu mengontrol pasar tambang mineral dalam negeri terlebih dahulu.
MIND ID harus mampu mengontrol pasar sebesar 15-20 persen. Saat ini MIND ID hanya mengontrol 7-20 persen pasar tambang dalam negeri. Di sektor batubara, perusahaan milik negara hanya mengontrol 10 persen market share.
Setelah sukses mengakuisisi Freeport, ambisi MIND ID menguasai pasar global tidak sulit. Freeport Indonesia memiliki konsensi dan cadangan tembaga-emas yang besar. Freeport dan MIND ID bisa bersama-sama merealisasikan proyek smelter tembaga dan emas, sehingga bisa mengontrol pasar tembaga di Tanah Air.
Pembangunan proyek smelter tembaga itu akan lebih mudah jika anggota holding MIND ID, yaitu PTBA memastikan ketersedian listrik karena PTBA memiliki batu bara dan mengoperasikan beberapa proyek listrik PLTU Mulut Tambang. Proyek listrik PTBA itu juga bisa membantu memasok listrik untuk tambang underground milik Freeport di Grasberg.
Kekuatan finansial perusahaan milik negara untuk melakukan penetrasi pasar juga menjadi sangat penting. Jika dilihat dari struktur keuangan anak usaha, MIND ID (Inalum) mampu merajai pasar tambang dunia.
ANTM salah satu perusahaan emas batangan dan nikel terbesar mampu mencetak laba sepanjang semester I-2022 senilai Rp 1,52 triliun. Sementara PTBA membukukan laba sebesar Rp 10 triliun dalam 9 bulan pertama tahun 2020 dan pendapatan sebesar Rp 31,07 triliun.
Selain itu, laba PT Timah mencapai Rp 1,08 triliun dengan pendapatan Rp 7 triliun. Kinerja menjanjikan dari anggota holding MIND ID ini sejalan dengan meningkatnya harga komoditas global.
Yang perlu digarisbawahi adalah dengan perubahan paradigma global menuju mobil listrik sekarang. Perubahan arah kebijakan ke mobil listrik dari negara-negara maju (Eropa, Rusia, Amerika Serikat dan China) berefek bola salju pada anggota holding MIND ID, ANTM dan PT Timah.
ANTM memiliki konsensi emas besar, MIND ID memiliki aluminium, dan PT Timah memilik kobalt. Nikel, aluminium dan kobalt adalah komponen utama pembangunan baterai mobil listrik. Ini yang membuat peran MIND ID dalam Indonesia Baterai Corporation (IBC) sangat sentral.
IBC adalah perusahaan patungan antara Pertamina (Persero), PLN (Persero), MIND ID, dan ANTM. IBC nantinya ditugaskan membangun ekosisitem kendaraan listrik melalui pengembangan pabrik baterai dari nikel.
Peran ANTM, PT Timah, dan MIND ID sangatlah besar karena mereka menjadi andalan untuk memasok bahan baku ke IBC untuk pengembangan baterai mobil listrik. Selain itu, ANTM dan MIND ID memiliki kemampuan membangun pabrik smelter nickle sulfate, nikel kelas satu untuk pengembangan baterai mobil listrik.