Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Sedang Tertekan, Reksa Dana Pasar Uang Dinilai Bisa Jadi Alternatif

Kompas.com - 04/11/2022, 14:39 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tengah tertekan dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Depresiasi mata uang Garuda terus berlanjut seiring dengan terus meningkatnya suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Perusahaan manajer investasi, PT Bahana TCW Investment Management menyatakan, kondisi tersebut perlu direspons masyarakat dengan melakukan diversifikasi investasi. Ini guna menjaga return investasi terjaga optimal.

Sejak awal Januari 2022 hingga awal November 2022, rupiah telah melemah sebesar 9,65 persen terhadap dollar AS. Data Bloomberg menunjukkan, saat ini nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp 15.650 - Rp 15.700 per dollar AS.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah, Tembus Level Rp 15.700 Per Dollar AS

Direktur PT Bahana TCW Investment Management, Danica Adhitama mengatakan tekanan itu salah satunya disebabkan oleh langkah The Fed yang sejak awal tahun telah menaikkan suku bunga yang lebih besar dari bank sentral negara manapun di dunia termasuk Bank Indonesia.

Sejak awal tahun, The Fed telah menaikkan suku bunganya sebesar 3,75 persen, dibanding BI yang baru menaikkan suku bunga sebesar 1,25 persen.

Menurutnya, bukan tidak mungkin pelemahan ini akan terus berlanjut hingga beberapa bulan ke depan. Meskipun demikian, perusahaan melihat pelemahan ini tidak akan terjadi secara menahun.

Baca juga: Diminati Investor Ritel, Kinerja Reksa Dana Justru Lesu


"Momentum seperti ini memerlukan kejelian masyarakat dalam melakukan diversifikasi investasi khususnya kepada investasi berdenominasi dollar, untuk menjaga tingkat pengembalian investasinya tetap optimal," ujar Danica dalam keterangannya, Jumat (4/11/2022).

Tingkat pengembalian yang positif tercermin dari salah satu produk reksa dana pasar uang Bahana TCW, yakni Reksadana Bahana Liquid USD (BLU). Tercatat, selama 1 tahun terakhir produk ini telah berhasil mencetak tingkat return sebesar 0,34 persen per 31 Oktober 2022.

Namun, seiring dengan perbankan yang turut menaikkan tingkat suku bunga deposito denominasi dollar AS sebagai respons dari tren kenaikan tingkat suku bunga global, maka dalam sebulan terakhir BLU berhasil mencetak tingkat return 0,06 persen.

Baca juga: Jurus Bahana TCW Kelola Reksa Dana Saham di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

"Jika diasumsikan rate ini bertahan bahkan terus meningkat dalam satu tahun ke depan, maka BLU berpotensi untuk dapat mencetak tingkat return sebesar 1 – 1,30 persen per annum (p.a)," kata Danica.

Bahana TCW menilai, produk reksa dana itu diminati oleh investor. Ini tercermin dari pesatnya pertumbuhan dana kelolaan yang pada awal bulan November ini sudah menembus angka 133 juta dollar AS, naik lebih dari dua kali lipat sejak awal tahun 2022.

"Analisa kami tren peningkatan return ini akan terus terjaga. Mengingat tren kenaikan tingkat suku bunga The Fed diperkirakan akan terus terjadi setidaknya hingga awal tahun mendatang,” ucap Danica.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina, Bagaimana Dampaknya ke Investasi Reksa Dana?

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual aset investasi. Segala rekomendasi dan analisa berasal dari analis yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual aset investasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com