Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Ungkap Penyebab Rupiah Tembus Rp 15.700 di Kala Mata Uang Asia Lainnya Menguat

Kompas.com - 04/11/2022, 14:40 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan penyebab pelemahan nilai tukar rupiah hari ini yang tembus Rp 15.700 per dollar AS di kala mata uang negara Asia lainnya justru mengalami penguatan.

Berdasarkan data BI, pada perdagangan Jumat (4/11/2022) pukul 13:15 WIB, rupiah bergerak melemah 0,15 persen dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya. Kemudian diikuti dengan nilai tukar ringgit Malaysia yang melemah 0,06 persen dibanding hari sebelumnya.

Namun, mata uang Asia lainnya seperti Baht Thailand, Renminbi China, Peso Filipina, Dollar Singapura, Rupee India, Won Korea Selatan, Yen Jepang, Dollar Taiwan, dan Dollar Hong Kong mengalami kenaikan. Adapun kenaikan tertinggi hari ini terjadi pada Baht Thailand sebesar 1 persen dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah, Tembus Level Rp 15.700 Per Dollar AS

"Khusus untuk hari ini (4/11/2022), beberapa mata uang Asia mengalami koreksi penguatan, hanya IDR dan MYR yang sampai detik ini agak sedikit melemah," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/11/2022).

Dia menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi lantaran adanya kebutuhan genuine demand dari beberapa perusahaan. Pasalnya, pada hari ini memasuki siklus di mana perusahaan-perusahaan melakukan pembayaran utang dalam bentuk valuta asing dan repatriasi.

"Namun dipastikan supply-demand di pasar tetap terjaga," tambahnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, pergerakan hampir semua mata uang Asia dalam tren penurunan selama 1-3 bulan terakhir. Hal ini disebabkan sikap bank sentral AS (The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga acuan.

Selain itu, kondisi perekonomian di Eropa dan United Kingdom yang mengalami pemburukan, isu geopolitik Rusia-Ukraina yang masih berkepanjangan, ditambah sentimen ancaman kemungkinan geopolitik baru China-Taiwan turut mentrigger pelemahan mata uang Asia.

Baca juga: Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Masih Lebih Baik dari Malaysia dan Thailand

Kendati demikian, dia bilang, BI akan terus memastikan agar volatilitas nilai tukar ini tidak menyebabkan gejolak perubahan harga barang di dalam negeri.

"Ruang penguatan Rupiah masih terbuka kemungkinannya, mengingat fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai positif," tukasnya.

Sebagai informasi, Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pada sesi perdagangan Jumat (4/11/2022) dibuka melemah. Pada sesi perdagangan pagi hari ini, mata uang Garuda bahkan sempat menembus level Rp 15.749 per dollar AS.

Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibuka pada level Rp 15.734 per dollar AS, terdepresiasi dibanding posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.695 per dollar AS. Ini menjadi kali pertama sejak April 2020 nilai tukar rupiah menembus level Rp 15.700 per dollar AS.

Setelah dibuka melemah, nilai tukar rupiah terus tertekan hingga sempat menyentuh level Rp 15.749 per dollar AS. Namun, koreksi cenderung terpangkas pada 1 jam pertama perdagangan, di mana sampai dengan pukul 10.25 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,21 persen ke Rp 15.728 per dollar AS.

Depresiasi nilai tukar rupiah selaras dengan menguatnya indeks dollar AS. Data Investing menunjukkan, indeks mata uang Negeri Paman Sam berada pada kisaran 112,58.

Baca juga: Tertekan Sentimen Suku Bunga The Fed, Rupiah Berpotensi Melemah ke Rp 15.700 Per Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com