Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca Merger, Pelindo Perbaiki Sistem Digital hingga Optimalisasi Aset

Kompas.com - 04/11/2022, 19:06 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mencatat banyaknya perubahan yang terjadi pasca penggabungan atau merger perusahaan. Hal ini terlihat dari mulai optimaslisasi aset hingga implementasi digital.

Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono mengatakan, transportasi komoditas perdagangan antarnegara ini sangat menentukan besar kecilnya biaya logistik, komponen harga yang pada akhirnya ditanggung oleh konsumen.

Dengan sistem logistik yang efisien, ketimpangan distribusi dan disparitas atau perbedaan harga, bisa dikurangi. Pangan, bahan bakar, obat-obatan, dan bahan baku industri akan lebih terjangkau, baik oleh masyarakat maupun dunia usaha.

“Selain membuat harga barang lebih terjangkau, rendahnya biaya logistik akan membantu menyuburkan perdagangan dan menarik investasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan layanan pelabuhan akan mendorong transformasi pada seluruh perekonomian,” kata Arif dalam siaran pers, Jumat (4/11/2022).

Baca juga: Bicara Soal Kepemimpinan, Erick Thohir: Yang Baik Kita Lanjutkan, yang Tidak Baik Kita Perbaiki

Arif mengungkapkan, untuk mendorong transformasi itu, Pelindo terus berbenah. Sejak penggabungan Pelindo setahun lalu, Pelindo telah memainkan sejumlah jurus untuk menekan biaya logistik dari aspek kepelabuhanan, mulai dari transformasi layanan operasi, pembangunan akses dan fasilitas pelabuhan, perbaikan sistem dan tata letak pelabuhan, optimalisasi alat bongkar muat, peningkatan kapasitas pegawai, hingga perbaikan sistem digital.

Terbaru, menandai satu tahun pasca penggabungan awal Oktober lalu, Pelindo meluncurkan sistem operasi pelabuhan yang disebut Terminal Operating System (TOS) Nusantara. Sistem ini digunakan untuk merancang, mengendalikan, memantau, dan membuat laporan seluruh aktivitas pelabuhan seperti bongkar muat, penumpukan, relokasi, serta pengaturan gerbang (gate in-gate out).

Dengan TOS Nusantara, operator pelabuhan akan mengatur pergerakan kapal, alat, truk, serta kedatangan dan keberangkatan container. Operating system akan menentukan, misalnya, alokasi dermaga.

Baca juga: Rekrutmen PPPK 2022 Dimulai, Ini Cara Daftar Akun di Laman SSCASN

“Kapal apa, akan menggunakan dermaga nomor berapa, dan untuk berapa lama. Alokasi seperti ini bisa diputuskan setelah mempertimbangkan ukuran kapal, draft (kedalaman kolam pelabuhan), jenis kargo, dan volume muatan,” lanjut Arif.

TOS juga akan menentukan alokasi peralatan yang akan digunakan, tergantung pada ukuran kapal dan kapasitas angkat alat . Ini sangat penting karena jumlah crane sangat terbatas. Dengan bantuan operating system, tiap alat akan memiliki jadwal kapan digunakan dan kapan akan dirawat atau diperbaiki.

Selain itu, TOS membantu pengelolaan container yard, dengan cara mengatur pergerakan peti kemas pada lapangan penumpukan. Ini juga bukan perkara mudah. TOS akan menentukan pada grid mana tiap peti kemas harus ditempatkan agar mudah ditemukan, dan bagaimana caranya agar gampang dipindahkan.

“TOS merupakan “otak” dari operasi pelabuhan. Dengan TOS Nusantara, integrasi data antarterminal dan stakeholders pelabuhan akan semakin mudah,” jelas Arif.

Selama ini, pelabuhan peti kemas di Indonesia masih menggunakan operating system yang berlainan. Setidaknya terdapat tujuh sistem operasi dan empat billing system yang dipakai 15 pelabuhan peti kemas yang kini dikelola Pelindo.

Baca juga: Dukung Penerapan Pertanian Modern, Kementan Hibahkan Bantuan Alsintan untuk Petani di Kotawaringin Timur

Pelabuhan Belawan, misalnya, memakai sistem operasi IGMT, Tanjung Priok menggunakan Opus, dan Tanjung Perak memanfaatkan TOPCX. Perbedaan pilihan sistem operasi ini merupakan konsekuensi dari operasi pelabuhan yang sampai setahun lalu dikelola oleh empat perusahaan yang berbeda.

“Setelah Penggabungan Pelindo dilakukan, perbedaan sistem operasi jadi tantangan. Integrasi proses bisnis dan data, misalnya, sulit dilakukan. Arsitektur hardware juga makin kompleks. Belum lagi tenaga IT yang standar keterampilannya musti menyesuaikan kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak,” kata dia.

Selain penyeragaman sistem operasi, Pelindo melakukan optimalisasi aset peralatan sebagai salah satu langkah strategis pasca penggabungan. Peralatan bongkar muat seperti derek bongkar muat di dermaga yang disebut quay container crane (QCC) dan derek penataan di lapangan penumpukan atau Rubber Tyred Gantry (RTG) direlokasi ke pelabuhan-pelabuhan yang pertumbuhannya tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com