JAKARTA, KOMPAS.com - Menjalankan sebuah bisnis saat ini tidak melulu soal berlomba mengeruk keuntungan saja.
Beberapa brand telah mencoba mengganti haluaan kemudinya dengan memikirkan dampak bisnisnya terhadap keberlanjutan alam.
Salah satu bisnis UMKM yang mengusung semangat keberlanjutan adalah Toko Didiyo yang mulai dirintis oleh Indi lima tahun yang lalu. Jenama slow fashion ini pada awalnya fokus menggunakan bahan baku dari produk lokal.
Indi menuturkan, perajin kain di Indonesia memiliki kualitas lebih baik dari negara lain.
Baca juga: Kisah Sukses Mooeishop, Awali Bisnis Tanpa Modal hingga Omzet Rp 300 Juta Per Bulan
Seiring berjalannya waktu, dalam produksi, Toko Didiyo menggunakan bahan dari deadstock fabric dan kain perca yang kemudian dihias dengan bordir manual sebagai aksen pada produknya.
"Jadi kami produce yang deadstock fabric, tidak pernah produce dari fabric-nya yang banyak banget. Deadstock dari pabrik kami ambil-ambilin," ujar dia saat ditemui dalam Brightspot Market 2022, Kamis (3/11/2022).
Oleh sebab itu, setiap kali sebuah produk yang dijual habis, dapat dipastikan Toko Didiyo tidak dapat melakukan stok ulang.
"Jadi bener-bener one of a kind, enggak mungkin bisa kembaran sama yang lain," timpal dia.
Selain itu, kain perca sisa produksi dari Toko Didiyo ini juga akan dirangkai menjadi produk baru kembali. Dengan begitu, Indi menyakini bisnisnya benar-benar zero waste.
"Misalnya ada sisa, bisa kami buat tas lagi, kami ingin zero waste aja sih," ucap dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.