Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Gebyar Gelaran G20 di Indonesia

Kompas.com - 07/11/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

G20 memiliki komposisi negara maju dan berkembang sehingga diharapkan dapat mewakili kepentingan seluruh negara dunia.

Dalam perkembangannya, pertemuan G20 diperluas dari masalah ekonomi keuangan kepada isu-isu strartegis seperti climate change, perdagangan, governace, ketenagakerjaan, energi, perpajakan, money laundering, UMKM, pertanian, tourisme dan terorisme.

Memasuki masa pandemi 2019-2022 juga dibahas dalam G20 mengenai masalah kesehatan dan digitalisasi ekonomi.

Saat ini G20 juga memasukkan agenda mengenai kerjasama parlemen (P20), isu-isu keagamaan (R20), dan masalah sosial lainnya.

Presidensi G20 di Indonesia memilih Denpasar, Bali sebagai tempat tingkat pertemuan pemimpin negara atau biasa disebut KTT pada 15-16 November 2022.

Sebagai tuan rumah, sidang-sidang atau pertemuan resmi G20 dipimpin oleh pejabat dari Indonesia, apakah menteri, gubernur BI, ketua DPR atau Presiden RI dalam hal KTT.

Keputusannya tetap consensus bersama. Jika tidak terdapat kesepatakan, maka biasanya substansi tersebut tidak masuk dalam naskah deklarasi atau komunike.

Saat ini seluruh rangkaian acara Presidensi G20 Indonesia baik main event maupun side event di beberapa kota, seperi Jakarta, Denpasar, dan Yogyakarta sudah dilaksanakan seluruhnya.

Berbeda dengan negara lain sebelumnya, presidensi G20 di Indonesia dilaksanakan dengan jangkauan dan spektrum yang masif, luas, dan gebyar.

Hampir di semua kantor pemerintahan, daerah, dan BUMN, bahkan di tempat area apublik ditempel stiker dan info kegiatan G20.

Di samping manfaat substansi pertemuan dan dialog antarnegara untuk mencari solusi di berbagai bidang, Indonesia atau tuan rumah biasanya memperoleh manfaat dari dampak kunjungan, even, MICE, dan pemasukan turis.

Konon kabarnya gelaran G20 telah menambah menghasilkan konsumsi domestik Indonesia hingga Rp 1,7 triliun.

Belajar dari G20 2008 dan 2009

Tahun 2008 dan 2009 adalah contoh “keberhasilan” forum G20 dalam memberikan solusi ekonomi dan keuangan global.

Puncak KTT G20 tahun 2008 dan 2009 digelar di AS. Topik utama G20 saat itu adalah tantangan stabilitas sistem keuangan global dan mitigasi pencegahan risiko sistemik.

Pemicu masalah adalah krisis global yang dimulai dari krisis subprime di AS tahun 2007 hingga membuat goncangan sistem keuangan global.

Maraknya penggelembungan kredit perumahan di AS bagi kalangan berpenghasilan rendah membuat pembiayaan dalam bentuk utang beragunan hipotik dari para investor berakhir dengan kemacetan.

Akibatnya tahun 2008, investor kelas dunia seperti Lehman Briothers, Merrtyl Lynch, Citigroup, AIG dan ratusan lembaga keuangan besar lainnya tepaksa dituup dan dibangkrutkan.

Kebangkrutan dan kekacauan juga merembet ke perusahaan manufaktur besar seperti General Motors, Ford, dan Chrysler yang terpaksa melakukan PHK ribuan karyawan. PHK di AS tiba-tiba meledak mencapai 6,7 persen pada September-November 2008.

Di Eropa juga demikian. Bahkan merembet ke bank skala kecil di Inggris seperti Nothern Rock. Bank ini tidak masuk dalam kategori bank berdampak sistemik, namun tetap saja terkena dampaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com