Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Naikkan Suku Bunga, Apa Dampaknya ke Aset Kripto?

Kompas.com - 07/11/2022, 16:24 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah pidato hawkish sang ketua The Fed, Jerome Powell, yang kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada Kamis (3/11/2022) dini hari, kini posisi dollar AS semakin menguat terhadap seluruh mata uang.

Dalam pernyataan The Fed, langkah menaikkan suku bunga acuan oleh bank sentral dilakukan untuk menekan inflasi, dan harapannya, dapat mengurangi jumlah uang beredar juga menekan harga komoditas agar tidak semakin meroket.

Baca juga: Waspadai Pig Butchering, Modus Penipuan Kripto yang Jadi Sorotan FBI

Praktisi Perbankan Abiwodo mengungkapkan, dengan kisaran suku bunga acuan The Fed mencapai 3,75 hingga 4 persen, dapat membebani suku bunga kredit. Dia bilang, suku bunga yang semakin tinggi berdampak pada penurunan investor.

“Nilai investasi cenderung turun dan perputaran ekonomi melemah. Tapi sebaliknya, bunga perbankan yang tinggi itu bisa mendorong orang untuk menyimpan uangnya di bank, dan itulah yang terjadi beberapa hari ini,” kata Abiwodo dalam keterangannya kepada Kompas.com, Senin (7/11/2022).

Baca juga: The Fed Naikkan Lagi Suku Bunga 75 Bps ke Level Tertinggi sejak 2008

Abiwodo mengungkapkan, agresivitas bank sentral AS dalam menaikkan suku bunga acuan memicu pelaku pasar atau investor untuk mencari safe haven, ahasil, dollar AS menguat terhadap seluruh mata uang.

Abiwodo menjelaskan, yang sedang terjadi saat ini adalah penguatan dollar AS, yang mendorong pelemahan hampir semua mata uang negara utama, dan juga sebagian besar mata uang emerging market (negara berkembang), termasuk pasar kripto.

Baca juga: Investor Beralih ke Platform Trading Luar Negeri, Volume Transaksi Kripto Anjlok

 


Meski tidak dikendalikan oleh otoritas pusat, aset kripto sempat dinilai sebagai investasi yang menguntungkan, tak ubahnya seperti emas. Sayangnya, saat ini pasar kripto ikut melemah, dimana kapitalisasi pasar kripto sempat turun 1,82 persen menjadi 998,19 miliar dollar AS.

Hal ini terjadi karena saat The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan, investor mulai menjauhi aset berisiko, termasuk investasi pada aset kripto.

“Melemahnya pasar kripto ini menjadi momentum bagi bank sentral untuk menegaskan kembali soal risiko fluktuasi uang kripto. Pada saat yang sama, bank sentral tidak menutup mata dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, dengan menerbitkan mata uang virtualnya sendiri,” lanjut dia.

Baca juga: Elon Musk Caplok Twitter, Kripto Dogecoin Melesat Lebih dari 100 Persen Selama Sepekan

 

Bank sentral pertimbangkan mata uang versi digital

Sebagai informasi, beberapa bank sentral, termasuk The Fed, Bank of England, dan Bank Sentral Eropa, sedang mempelajari potensi dari versi digital mata uang mereka, yang disebut Central Bank Digital Currency (CBDC).

Pun demikian dengan Bank Indonesia (BI), yang punya rencana menerbitkan CBDC-nya atau Rupiah digital. Konsep Rupiah digital berbeda dengan uang elektronik yang saat ini sudah digunakan oleh masyarakat. Jenis uang ini lebih mendekati konsep mata uang kripto, hanya saja ketentuan nilai mata uangnya tetap mengikuti nilai Rupiah konvensional.

Jadi, stabilitas nilai mata uang digital ini diharapkan akan jauh lebih baik ketimbang jenis uang digital, seperti Bitcoin maupun jenis kripto lainnya. Rencananya proporsi penerbitan rupiah digital adalah 20 persen dari edaran uang di pasar.

Proporsi tersebut ditetapkan agar tidak menambah persebaran uang. Dengan begitu, kemungkinan inflasi bisa diminimalisir. Kabarnya BI akan merilis panduan atau white paper penerbitan Rupiah digital ini pada akhir 2022.

Menurut dia, rencana ini tampaknya akan memakan waktu yang cukup panjang. Hal ini mengingat teknologi blockchain di balik kripto juga harus tersedia untuk CBDC dan juga harus dapat diadopsi oleh pemerintah.

“Tapi, penerapannya masih membutuhkan kajian lebih lanjut, termasuk penguatan literasi digital masyarakat. Setidaknya rencana ini bisa menjawab kekhawatiran khalayak tentang teknologi,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com