Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indef Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Capai 5,1 persen

Kompas.com - 08/11/2022, 20:23 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada keseluruhan tahun 2022 dari 5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 5,1 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan, revisi tersebut dilakukan setelah adanya realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 yang melesat tinggi, yakni mencapai 5,72 persen (yoy).

"Kami mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi kami menjadi sedikit lebih optimis, meski masih di bawah pemerintah yang ada di level 5,2 persen (yoy)," ujar Tauhid dalam acara Respons Indef Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-3 Tahun 2022, dikutip dari Antara, Selasa (8/11/2022).

Baca juga: Tips Trading Kripto Saat Pasar Tengah Bearish

Meski pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,45 persen (yoy), Tauhid mengingatkan terdapat potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2022 menjadi 5,3 persen (yoy).

Hal ini tidak terlepas dari peningkatan inflasi yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya seiring belum melandainya harga energi dan pangan, yang diikuti dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Tentu ini menjadi alarm untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi di sisa satu triwulan terakhir tahun ini.

"Di kuartal IV saya kira memang base year effect sudah hilang, karena kuartal IV tahun 2021 sudah di atas 5 persen, jadi base year effect-nya sudah hilang. Itu akan mengurangi pula potensi pertumbuhan ekonomi kita di kuartal IV-2022," katanya.

Baca juga: Jokowi Bakal Cek Langsung Simulasi Pengamanan Jelang KTT G20

Artinya, low base effect tinggal tersisa sedikit di kuartal IV-2022, sehingga tidak mudah mencapai pertumbuhan di atas kuartal III-2022.

Sementara itu, peningkatan inflasi serta suku bunga acuan Bank Indonesia juga akan berdampak pada kenaikan cicilan rumah, kendaraan dan pinjaman lainnya sehingga akan mengurangi disposable income rumah tangga.

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk melakukan tiga upaya mengatasi pelambatan pertumbuhan ekonomi di sisa akhir tahun ini. Pertama, mempercepat belanja modal dan belanja barang, dimana hingga Oktober 2022 realisasi belanja modal baru mencapai sekitar 66,83 persen dan belanja barang 66,44 persen.

"Saya kira perlu ada terobosan yang cukup strategis agar memang dengan waktu yang sangat terbatas, yakni dua bulan, semua belanja itu bisa diselesaikan," tegasnya.

Baca juga: Erick Thohir: Kita Perlu 10 Kota yang Sama Besarnya Seperti di AS

Jika tidak, Tauhid menilai sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) yang saat ini cukup besar tidak akan berarti apa-apa, padahal banyak masyarakat yang membutuhkan. Adapun per September 2022, SiLPA Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat Rp490,7 triliun.

Kedua, penyesuaian secara moderat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) lantaran Indef merasa penyesuaian suku bunga kebijakan BI termasuk terlambat, sehingga perlu dilakukan moderasi suku bunga kebijakan untuk terus mengikuti perkembangan inflasi yang terjadi selama ini dan sangat dipengaruhi oleh dinamika kondisi global.

Ketiga, perlu penguatan pasar domestik untuk berbagai produk yang memiliki daya saing di pasar global, serta mempercepat berbagai industri impor di tengah menguatnya arus importasi beragam produk industri agar perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com