Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Dunia Ambles Lebih dari 2 Persen di Tengah Kekhawatiran Permintaan di China

Kompas.com - 09/11/2022, 07:10 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.comHarga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Selasa (8/11/2022) waktu setempat (Rabu pagi WIB). Pergerakan harga minyak mentah dunia dibayangi oleh kekhawatiran terkait permintaan bahan bakar di China akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari turun 2,34 dollar AS atau 2,4 persen menjadi 95,59 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) susut 2,9 persen atau 2,6 dollar AS menjadi 89,15 dollar AS per barrel.

"Pasar memasuki hari ini dengan tingkat skeptisisme tertentu seputar pemilu di AS. Ini juga menjadi sentimen penggerak harga minyak," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Baca juga: IHSG Berpotensi Rebound Hari Ini, Simak Rekomendasi Saham 2 Analis

Sentimen dari China, baru-baru ini adalah munculnya kabar bahwa kasus Covid-19 di China masuk level tertinggi sejak Agustus 2022. Hal ini bertolak belakang dengan kabar yang mengatakan bahwa China tengah mempertimbangkan pembukaan pembatasan.

Kasus-kasus dengan varian baru, juga dikabarkan merebak Guangzhou dan kota-kota China lainnya. Hal ini dikhawatirakan akan mendorong pelemahan konsumsi bahan bakar negara tirai bambu itu.

"Meningkatnya kasus Covid-19 di China membayangi para investor saat ini, karena dibukanya penguncian berkait dengan hidup dan mati,” ujar Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Baca juga: Salah Satu Pabriknya Kebakaran di Kediri, Siapa Pemilik Bisnis Rokok Gudang Garam?

Kissler menambahkan, di China, pasokan bensin dan solar tetap rendah. Sementara itu, harga minyak mentah mengalami penurunan yang terbatas karena sebagian negara di AS juga tengah bersiap menghadapi cuaca dingin.

Di sisi lain, pelaku pasar khawatir bahwa inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga dapat memicu resesi global, yang juga akan mendorong data harga konsumen AS. EIA pada hari Selasa memangkas prospek permintaan energi AS di tahun 2023 dan memperkirakan produksi AS untuk tahun depan akan menjadi 21 persen lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.

Produsen minyak Diamondback Energy juga memperingatkan bahwa industri minyak di AS akan terus berjuang untuk memperluas produksi saat ini, dengan biaya yang berpotensi akan mengalami peningkatan.

Sementara itu, larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia, yang diberlakukan sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina, akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari. Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus".

Baca juga: Upah Minimum 2023 Naik di Tengah Bayang-bayang Badai PHK Akibat Resesi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com