Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Hadapi Resesi Global 2023, Tingkatkan Investasi dan Produktivitas

Kompas.com - 09/11/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

‘Angin sakal’ ketiga, adalah kebijakan ketat nol-Covid China dan penguncian terkait, ditambah dengan gejolak yang semakin dalam di sektor real estat.

Itu menyebabkan perlambatan pertumbuhan tidak seperti biasanya, yang pada gilirannya akan melemahkan ekonomi di negara-negara yang terhubung, termasuk negara-negara Asean.

Menurut IMF, prospek yang lebih suram diduga akan dihadapi beberapa negara Asia lainnya.
Sri Lanka, misalnya, bisa mengalami krisis ekonomi yang parah, meskipun pihak berwenang telah mencapai kesepakatan dengan staf IMF tentang program yang akan membantu menstabilkan ekonomi.

Di Bangladesh, perang di Ukraina dan harga komoditas yang tinggi telah menghambat pemulihan yang kuat dari pandemi.

Maladewa, Laos, Papua Nugini, dan Mongolia yang terkungkung utang tinggi akan menghadapi risiko kegagalan membayar.

Meningkatkan investasi dan produktivitas

Meski memproyeksikan akan terjadi resesi global, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen pada 2023.

Namun, pemerintah Indonesia memandang situasi ekonomi global dan geopolitik paruh kedua tahun 2022 dan tahun 2023 sebagai hal yang sangat meresahkan.

Bahkan Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia berhadapan dengan tingkat ketidakpastian dan volatilitas pasar yang tinggi.

Oleh karena itu, ia mendiskusikan dengan beberapa menteri mengenai stress test untuk melihat sejauh mana kekuatan Indonesia bertahan ketika resesi datang.

Terutama mengenai ketahanan mata uang, inflasi, pertumbuhan, dan hal-hal yang berkaitan dengan pangan dan energi, serta dampaknya pada kemiskinan.

Berhadapan dengan ancaman resesi ekonomi global, Presiden Grup Bank Dunia David Malpass menyarankan agar bank sentral di setiap negara mengambil langkah-langkah nyata.

Malpass menyarankan supaya para pembuat kebijakan harus mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi.

Pemerintah harus berusaha untuk memperbesar investasi tambahan dan meningkatkan produktivitas, untuk mendorong pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

Hal senada ditegaskan oleh Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadilia. Menurut dia, strategi paling utama untuk menghadapi badai resesi adalah memperbesar investasi dan meningkatkan produktivitas.

Ia mencatat realisasi investasi sepanjang April-Juni (triwulan II) tahun 2022 mencapai Rp 302,2 triliun atau tumbuh 35,5 persen dibandingkan capaian pada periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 223,0 triliun (yoy).

Menurut Bahlil, terkait investasi ada tiga poin penting yang perlu diperkuat, yakni stabilitas politik, leadership, dan kolaborasi.

Artinya, kita dapat terus memperbesar investasi apabila kita mampu menjaga stabilitas politik, memiliki leadership yang kuat dan berkolaborasi secara baik.

Bercermin pada itu, sebagai warga bangsa kita seharusnya awas diri. Jangan sampai, kita menjadi orang yang ikut menciptakan instabilitas politik. Jangan sampai kita ikut merongrong kepemimpinan demi kepentingan Pemilu 2024.

Apabila, kita melakukan hal itu maka kita seperti sedang membangun ‘jalan tol’ yang memulus bangsa kita masuk ke jurang resesi ekononi 2023.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com