Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membasahi Lahan Gambut, Bercocok Tanam hingga Beternak, Cara Suku Anak Dalam Jambi Cegah Kebakaran Berulang

Kompas.com - 09/11/2022, 12:45 WIB
Suwandi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Pertamina bantu pembangunan sekat kanal dan sekat bakar

Hal itu lantaran dibantu Pertamina, masyarakat dapat membangun sekat kanal, sekat bakar dan memasang alat pengukur muka air di lahan gambut. Sehingga kekurangan air di lahan gambut dapat dideteksi secara dini.

Pemasangan sekat kanal permanen di dua titik, selanjutnya sekat kanal dengan terpal dengan daya tahan 3 bulan, telah terpasang saat musim kering sebanyak 16 titik.

Untuk sekat bakar dia memanfaatkan tanaman ramah lingkungan yaitu nanas. Saat ini sudah ditanam nanas dengan seluas 2 hektar. Nantinya, nanas akan ditanam di perbatasan lahan dengan lebar 100 meter dan panjangnya mengikuti luas lahan yang dikelola Gapoktan Berkah Hijau Lestari.

Selain itu, kata Edi juga telah dipasang menara api, untuk memantau adanya titik api dan beberapa unit alat pengukur tinggi muka air.

"Kalau kami cek, tinggi muka air sudah di bawah normal, maka kami para Reper, bisa menginap 2-3 hari di menara api, untuk berjaga-jaga adanya titik api," kata Edi.

Untuk wilayah Muara Medak pada beberapa titik terdapat kubah gambut dengan kedalaman lebih dari 10 meter. Untuk gambut yang biasa, kedalamannya hanya 3-4 meter.

Membasahi hingga merevitalisasi lahan gambut

Dengan demikian, kata Edi amat penting menjaga lahan gambut agar tetap basah. Program dari Pertamina, memungkinkan masyarakat melakukan pembasahan (rewetting) gambut, regevetasi (revegetation) dan revitalisasi (revitalization) secara sekaligus dalam waktu bersamaan.

Untuk revegetasi di lahan gambut, kata Edi para petani menanam jelutung rawa dan pinang. Untuk revitalisasi dengan tujuan peningkatan ekonomi, masyarakat mengembangan peternakan ayam dan bebek. Kemudian menanam nanas dan budidaya ikan di keramba apung.

"Kita sekarang sudah mandiri juga. Untuk pakan hewan ternak kita kembangkan budidaya magot. Jadi kami tidak usah beli," kata Edi.

Untuk mengelola lahan tidur bekas kebakaran, pihaknya juga mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos. Kelompok tani sekarang dapat mandiri dalam mengelola ekosistem hutan dan lahan gambut yang berkelanjutan.

Meskipun berada di kawasan hutan, ada beberapa perusahaan sawit yang telah masuk ke kawasan masyarakat di Desa Medak. Untuk mengolah limbah dari kebun sawit, para ibu-ibu Gapoktan Berkah Hijau Lestari, memanfaatkan lidi daun sawit sebagai piring.

Inah, perempuan dari Desa Muara Medak menganyam lidi sawit untuk membuat piring, yang bentuknya unik namun praktis digunakan terutama di acara hajatan pernikahan.

Inah menuturkan pembuatan kerajinan piring dari lidi sawit ini, dibuat berdasarkan pesanan. Kebanyakan pesanan datang dari usaha ketring pernikahan. Sekali pesan, dia dapat membuat sampai 120 unit.

"Kalau bahannya sudah siap. Cuma butuh waktu 30 menit, 1 kerajinan piring sudah jadi. Kalau harganya itu beragam sesuai ukuran. Mulai dari Rp70.000-100.000 per unit kerajinan," kata Inah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com