BISNIS asuransi jiwa kredit tengah menjadi sorotan tajam di industri asuransi saat ini. Industri perbankan yang selama ini kerap dijadikan panutan (benchmark) dalam mengembangkan industri keuangan yang prudent dengan tata kelola yang baik, kini justru menjadi sumber masalah bagi praktik asuransi yang sehat.
Asuransi jiwa kredit adalah produk kerja sama bank dengan perusahaan asuransi. Produk itu memberi manfaat berupa pelunasan kredit kepada bank jika debitur meninggal dunia.
Baca juga: Menakar Prospek Industri Asuransi di Tengah Potensi Resesi Global 2023
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, industri asuransi masih memiliki setumpuk tantangan yang harus diselesaikan. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah terkait asuransi kredit yang belakangan terus melonjak klaimnya.
Kartika, dalam acara Indonesia Re International Conference 2022 bertajuk ‘Reinsurance and Economic Resilience: Dealing with Climate Change, Pandemic and Geopolitical Challenges’, pada 28 September 2022, meminta semua pihak, mulai dari regulator, asosiasi, hingga industri berbenah diri agar industri asuransi menjadi lebih sehat dan stabil.
Pada kesempatan itu, dia menyebut ada tiga tantangan yang harus diselesaikan di industri asuransi.
Pertama, soal ketersediaan data. Kartika menilai, ketersediaan data merupakan tantangan terbesar industri asuransi, sebab dengan database pelaku industri dapat melihat loss assessment (penilaian kerugian).
“Database tentunya menjadi penting, karena kita mempunyai satu statistical base yang dapat memberikan forward looking estimation mengenai future claim yang ada di Indonesia,” ujar dia.
Kedua, terkait pricing (harga). Menurut dia, industri asuransi seringkali mempunyai daya tawar di bawah perbankan. Saat ini, dia menyampaikan tantangan yang tengah dihadapi adalah premi industri karena adanya asuransi jiwa kredit (AJK), yakni produk yang bukan hanya asuransi jiwa saja, melainkan mencakup asuransi kredit.
“Saya melihat memang intersepsi ini terlalu terlambat. Kita menyadari permasalahan soal terlambat dan ini saya rasa masukan dan kritik juga untuk kita semua. Bagaimana industri bisa melakukan surveillance dan melakukan reinterception apabila ada miss pricing yang kemudian mempunyai dampak luas,” ujarnya.
Namun, dia menekankan bahwa tantangan yang tengah dihadapi industri asuransi merupakan pelajaran bagi semua pihak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.