NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia ambles pada penutupan perdagangan Senin (14/11/2022) waktu setempat atau Selasa pagi WIB. Pergerakan harga minyak dibayangi oleh penguatan dollar AS, dan kenaikan kasus Covid-19 di kota-kota besar di China.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent turun 3,58 persen menjadi 92,55 dollar AS per barrel, sementara minyak mentah WTI berjangka turun 4,25 persen, menjadi 85,18 dollar AS per barrel.
Penurunan harga minyak dunia terjadi akibat kenaikan dollar AS dan rekor kasus Covid-19 yang lebih tinggi di kota-kota besar di China. Sentimen ini menghancurkan harapan pembukaan kembali ekonomi China, sebagai importir minyak mentah terbesar dunia.
Baca juga: Benarkah Minyak Makan Merah Lebih Sehat Dibanding Minyak Goreng Biasa?
"Penguatan dollar AS tampaknya membebani minyak dan komoditas yang lebih luas,” kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING.
Pada Jumat pekan lalu, harga komoditas mengalami kenaikan setelah Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan akan menyesuaikan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian Covid-19. Seperti mempersingkat waktu karantina bagi wisatawan, dan menghilangkan aturan maskapai penerbangan dalam hal membawa penumpang yang terinfeksi.
Kasus Covid-19 meningkat di China selama akhir pekan, dimana Beijing dan kota-kota besar lainnya melaporkan rekor infeksi pada Senin. Sementara itu, permintaan China untuk minyak dari eksportir utama dunia, Arab Saudi, juga tetap lemah karena beberapa penyulingan telah meminta lebih sedikit minyak mentah pada bulan Desember.
Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada hari Jumat bahwa India dapat terus membeli minyak Rusia sebanyak yang diinginkannya, termasuk dengan harga di atas mekanisme batas harga yang diberlakukan oleh negara G7.
Penguatan dollar AS terjadi setelah komentar dari Gubernur Federal Reserve AS Christopher Waller yang mengatakan bahwa Federal Reserve dapat mempertimbangkan untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya. Hal ini juga membebani harga minyak.
“Itu tidak boleh dilihat sebagai sikap melunak, dalam komitmennya untuk menurunkan inflasi. Ini akan lebih condong ke arah narasi resesi yang negatif (serta dampak) untuk minyak dan pasar berisiko lainnya," kata direktur pelaksana SPI Asset Management Stephen Innes.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Usai China Longgarkan Pembatasan Covid-19
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.