DI tengah situasi kehidupan perekonomian global yang bergerak fluktuatif, Indonesia justru didaulat oleh negara-negara berkekuatan ekonomi besar yaitu Kelompok Duapuluh (G20) untuk memegang Presidensi G20.
Istimewanya lagi, Presidensi G20 telah berjalan mulus dan akan memasuki hari puncaknya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November 2022 ini.
Presidensi G20 tentu saja suatu yang prestisius. Lebih dari itu, hal tersebut membuktikan bahwa ‘dunia’ semakin memperhitungkan Indonesia dalam bidang perekonomian, dan tata pergaulan global. Sebagaimana diketahui, G20 adalah kelompok informal dari 19 negara plus Uni Eropa, serta pewakilan dari International Monetary Fund (IMF), dan World Bank (WB).
Baca juga: Jelang KTT G20: 5 Poin Utama Pertemuan Biden dan Xi Jinping di Bali
G20 merupakan forum ekonomi utama dunia yang memiliki posisi strategis karena secara kolektif mewakili sekitar 65 persen penduduk dunia, 79 persen perdagangan global, dan setidaknya 85 persen perekonomian dunia.
Secara umum G20 bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Namun, ketika didaulat sebagai Presidensi G20 Tahun 2022, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan peran tersebut untuk beberapa tujuan pokok nasional sebagai berikut.
Pertama, mendorong ketahanan ekonomi nasional dan upaya pemulihan dari pandemi Covid-19. Kedua, mendorong pencapaian Indonesia dalam reformasi dan demokrasi. Ketiga, mendorong kepemimpinan dan komitmen Indonesia terhadap isu global. Keempat, mendorong kemajuan budaya, pariwisata, dan industri kreatif. Kelima mengoptimalkan kepentingan nasional lainnya.
Pada intinya, tujuan-tujuan pokok tersebut mengerucut kepada percepatan pertumbuhan ekonomi demi tersedianya lapangan kerja, mengurangi jumlah pengangguran dan angka kemiskinan, serta meningkatkan kesejahterahan rakyat.
Hal yang membanggakan bahwa dalam konteks G20, Indonesia adalah negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik pada 2022. Indonesia disebut berada di peringkat keenam dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di antara negara G20 lainnya.
Bahkan, IMF dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022, pada 2023 nanti Indonesia berpeluang meraih pertumbuhan terbaik kedua. Menurut prediksi IMF, pada 2023, India bisa bertumbuh 6,1 persen, Indonesai 5 persen, Tiongkok 4,4 persen, Arab Saudi 3,7 persen, Turki 3 persen, kemudian Argentina, dan Korea Selatan masing-masing 2 persen.
Menurut data IMF, pada akhir 2021, India mencatatkan nilai PDB per kapita sebesar 1.961 dolar AS. Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 1.818 dolar per orang dengan total jumlah penduduk India pada 2022 ini di prediksi mencapai 1,419 miliar orang.
Baca juga: Indonesia di Puncak Dunia dan Peran-peran di G20
Negara dengan PDB per kapita terendah kedua dalam G20 adalah Indonesia. Pasalnya, PDB per kapita Indonesia dengan jumlah penduduk pada tahun 2022 sebanyak 275,95 juta jiwa sebesar 3.856 dolar.
Angka tersebut memang sudah meningkat dibandingkan dengan posisi PDB per kapita 2020 sebesar 3.757 dolar, tetapi masih jauh lebih rendah dari Afrika Selatan, yang berada pada urutan terendah ketiga, dengan nilai PDB per kapita sebesar 5.865.
Pelaksanaan Presidensi G20 kali ini mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”.
Melalui tema ini, Indonesia ingin membawa semangat pulih bersama, memberi manfaat yang tinggi bagi dunia, serta mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu dan saling mendukung dalam memasuki babak baru, yaitu pemulihan pascapandemi yang inklusif dan berkelanjutan.