Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Erdogan, Jokowi Bahas "Black Sea Grain Initiative", Apa Itu?

Kompas.com - 15/11/2022, 19:02 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (14/11/2022). Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak membahas sejumlah agenda, salah satunya yaitu Black Sea Grain Initiative.

Jokowi mengatakan, dirinya bersama dengan Erdogan membahas upaya bersama penyelesaian damai konflik Rusia dan Ukraina. Pada saat bersamaan, mencegah dampak negatif secara global khususnya terhadap keamanan pangan dan energi.

Oleh karenanya, Jokowi mengapresasi langkah Erdogan yang berupaya mengatasi permasalahan keamanan pangan melalui perpanjangan kembali kesepakatan Black Sea Grain Initiative.

Baca juga: Di KTT G20, Jokowi Minta Semua Pihak Genjot Jumlah Pandemic Fund

"(Saya) mengapresiasi peran Turki menghidupkan kembali Black Sea Grain Initiative. Harus dicari segera solusi perang di Ukraina," kata dia dalam keterangannya, Senin.

Black Sea Grain Initiative merupakan suatu kesepakatan yang dilakukan oleh Rusia dan Ukraina dengan Turki bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kesepakatan ini dibuat setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina.

Melalui kesepakatan tersebut, berbagai pihak terkait sepakat untuk menjamin pengiriman gandum dari Ukraina melalui Pelabuhan Laut Hitam. Sebagaimana diketahui, invasi yang dilakukan Rusia telah mengganggu distribusi gandum dari Ukraina, khususnya ke negara berkembang.

Baca juga: Erick Thohir: IOC dan FIFA Hadir di KTT G20 Bali, Dunia Dukung Kemajuan Olahraga RI


Kesepakatan yang telah ditandatangani sejak Juli lalu itu telah berhasil mengirimkan jutaan ton gandum lewat Pelabuhan Laut Hitam. Namun, kesepakatan ini akan berakhir pada 19 November mendatang.

Dilansir dari Washington Post, pada awal November ini Erdogan mengungkapkan, dirinya telah mendapatkan komitmen dari Rusia terkait perpanjangan inisiatif tersebut. Perpanjangan ini dinilai menjadi penting untuk menjaga keamanan pangan di tengah ketidakpastian konflik geopoilitik.

"Ini merupakan kabar baik. Pengiriman gandum akan berlanjut sesuai dengan rencana sebelumnya," ucap dia, dikutip dari Washington Post.

Baca juga: Ini Alasan Para Kepala Negara G20 Makan Siang Tanpa Kenakan Jas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com