Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Ambruk, Dibayangi Kekhawatiran Suku Bunga AS dan Prospek Permintaan China

Kompas.com - 18/11/2022, 07:46 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia turun signifikan pada perdagangan Kamis (17/11/2022) atau Jumat (WIB/waktu Indonesia). Penurunan tajam pada harga minyak dibayangi oleh kekhawatiran akan kenaikan suku bunga AS, dan prospek permintaan China.

Mengutip CNBC, harga minyak minyak mentah Brent mengalami penurunan 3 persen dan menetap pada level 90,5 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlok 4,1 persen, menjadi 82,05 dollar AS per barrel.

Pergerakan harga minyak mengalami tekanan pada perdagangan Kamis, karena kenaikan kasus Covid-19 di China. Sementara itu, para investor khawatir AS akan menaikkan suku bunganya lebih agresif dalam menekan laju inflasi.

“Ini semacam pukulan tiga kali lipat. Kasus Covid-19 yang meningkat di China, hingga suku bunga yang terus meningkat di AS, dan sekarang apa yang terjadi di pasar adalah pelemahan secara teknis,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Baca juga: Masalah Geopolitik dan Permintaan Dorong Harga Minyak Dunia Anjlok

Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan aturan kebijakan moneter dasar akan mengharuskan suku bunga naik setidaknya sekitar 5 persen, sementara asumsi yang lebih ketat akan merekomendasikan suku bunga di atas 7 persen.

Dollar AS juga mengalami kenaikan, karena investor mencerna data ekonomi AS. Dollar yang lebih kuat ini membuat harga minyak akan lebih mahal bagi pemilik mata uang selain dollar AS.

China melaporkan peningkatan infeksi Covid-19 setiap hari, di sisi lain kilang minyak China juga telah meminta untuk mengurangi volume minyak mentah Saudi pada bulan Desember mendatang. China juga memperlambat pembelian minyak mentah dari Rusia.

Meskipun beban kasus Covid-19 di China lebih kecil daripada negara lain, importir minyak mentah terbesar di dunia ini mempertahankan kebijakan ketat untuk meredam wabah terserbut dan mengurangi permintaan bahan bakar.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Hari Ini Naik Tipis akibat Gangguan Pipa Minyak ke Hungaria


Pada indikator teknis, pergerakan harga minyak berjangka bulan depan diperkirakan akan mengalami penurunan dibawah rata-rata pergerakan sederhana 50 hari. Hal ini memicu likuidasi dan diperkirakan akan menambah tekanan di awal pekan depan.

"Pasar benar-benar terperangkap dalam potensi kehancuran permintaan yang serius, dan kami melihat perubahan mood ke sisi negatifnya," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures.

Polandia dan NATO pada hari Rabu mengatakan sebuah rudal yang jatuh mungkin ditembakkan oleh pertahanan udara Ukraina dan bukan serangan Rusia. Hal ini mengurangi kekhawatiran akan potensi perang Rusia-Ukraina yang melebar.

"Syukurlah, ketakutan itu telah mereda, tapi ini membuat keuntungan di pasar minyak berjangka menghilang. China akan tetap memiliki risiko penurunan minyak dalam waktu dekat," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com