Oleh: Frangky Selamat*
IRING-iringan sepuluh bis berukuran kecil membelah jalan raya yang tidak terlalu lebar menuju destinasi wisata Garuda Wisnu Kencana di Ungasan, Bali.
Rombongan bis itu berisi para peserta konferensi akademik yang baru saja menghabiskan waktu berseminar dua hari lamanya di salah satu hotel berbintang lima dekat bandara.
Konferensi akademik atau dikenal juga sebagai seminar call for paper adalah forum di mana para akademisi berbagi informasi mengenai hasil riset terbaru, memperoleh umpan balik dari sesama akademisi dan saling belajar terkait perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.
Pada kesempatan itu juga mereka berdiskusi dan memperluas jejaring dengan rekan akademisi lain dan juga dengan para profesional di bidangnya.
Berbeda dengan konferensi yang diselenggarakan asosiasi profesional yang mungkin “wajib” diikuti oleh semua anggotanya, para akademisi dalam konferensi akademik bebas untuk memilih seminar yang ingin dihadiri.
Karena merupakan pilihan bebas, maka banyak faktor yang patut dipertimbangkan, terutama bagi penyelenggara agar konferensi berjalan sukses.
Pertama, lokasi. Lokasi destinasi konferensi menjadi daya tarik tersendiri. Destinasi favorit seperti Bali tetap menjadi magnet bagi para akademisi untuk hadir.
Merebaknya destinasi menarik selain Bali mendorong penyelenggaraan konferensi hingga ke pelosok daerah.
Kedua, tema dan pembicara. Sebenarnya agenda pokok menghadiri konferensi selain melakukan diseminasi karya penelitian juga mendengarkan pemaparan para pakar sesuai dengan perkembangan terkini.
Tema aktual dan pembicara terkemuka menjadi hal yang menjadi pusat perhatian.
Ketiga, penyelenggara. Siapa yang menyelenggarakan acara menjadi aspek yang tidak kalah penting karena menyangkut reputasi konferensi.
Berkolaborasi dengan asosiasi profesi atau perguruan tinggi terkemuka menjadi hal yang lazim dilakukan panitia penyelenggara.
Keempat, biaya. Selain biaya registrasi, biaya transportasi, dan akomodasi menjadi aspek yang tidak dapat diabaikan.
Di tengah kenaikan biaya transportasi, alternatif hadir secara daring menjadi pilihan yang banyak diambil sejumlah kalangan walau secara emosional tidak dapat menggantikan kehadiran di tempat.