Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Masih Melemah

Kompas.com - 18/11/2022, 12:48 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pada sesi Jumat (18/11/2022) pagi hari kembali bergerak melemah. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (17/11/2022) kemarin, belum menjadi bensin bagi rupiah.

Mengacu kepada data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibuka pada level Rp 15.672 per dollar AS, melemah dibanding posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.663 per dollar AS.

Sementara pada siang ini, rupiah berada di posisi Rp 15.690 per dollar AS, melemah 0,17  persen.

Baca juga: Rupiah Terdepresiasi Lebih Dalam dari Mata Uang Lain, Gubernur BI: Ojo Dibanding-bandingke

Nilai tukar rupiah masih tertekan terhadap dollar AS, meskipun tingkat suku bunga acuan BI, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sudah berada pada level 5,25 persen. Padahal, salah satu tujuan BI mengerek suku bunga acuannya ialah untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar mata uang Garuda.

Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh sikap hawkish bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Sejumlah pejabat The Fed menyatakan komitmennya untuk terus meningkatkan suku bunga acuan guna meredam laju inflasi.

"Semalam ada pernyataan dari petinggi The Fed, pemimpin The Fed wilayah St Louis, yang memproyeksikan The Fed akan terus menjalankan rencana kenaikan suku bunga hingga 5 persen untuk mengendalikan inflasi," tutur dia, kepada Kompas.com, Jumat.

Selain itu, Ariston bilang, penyebab depresiasi rupiah lainnya ialah terkait pasokan dan permintaan. Saat ini, permintaan greenback sedang tinggi, sehingga membuat nilai tukarnya menguat.

"Biasanya menjelang akhir tahun permintaan dollar tinggi untuk pembayaran utang dan lain-lain. Jadi ini memberikan tekanan untuk rupiah," ucapnya.

Hal itu selaras dengan pernyataan BI yang mengungkapkan, saat ini dollar AS tengah mengalami kelangkaan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, kelangkaan ini terjadi lantaran suku bunga acuan bank sentral AS naik sangat agresif sepanjang 2022 ini.

Sehingga membuat imbal hasil obligasi AS terus meningkat yang kemudian mendorong terjadinya arus balik dollar AS dari beberapa negara emerging arket seperti Indonesia dan negara maju di Eropa kembali ke AS. Ini menyebabkan nilai tukar dollar AS menguat dibandingkan nilai tukar hampir seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah.

Hal ini tercermin dari indeks nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama (DXY) tercatat 106,28 pada 16 November 2022 atau menguat 11,09 persen ytd selama tahun 2022. Sementara, nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen year to date dibandingkan dengan level akhir 2021.

"Ini akhirnya memang menyebabkan adanya dollar shortage ataupun kelangkaan dollar AS di negara-negara emerging market termasuk beberapa negara maju," ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (17/11/2022).

Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Bagaimana Dengan Bunga Perbankan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com