BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Xinhua

Menyelisik Visi Tata Kelola Global China untuk Dunia demi Atasi Tantangan Global

Kompas.com - 18/11/2022, 14:54 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden China, Xi Jinping, sempat mengajukan pertanyaan yang menggugah pikiran dalam pidatonya di Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa pada 2017.

"Apa yang (sedang) terjadi pada dunia dan bagaimana kita harus meresponsnya?" ujar Xi.

Pada kesempatan tersebut, Xi menawarkan visi China untuk membangun komunitas manusia dengan masa depan bersama guna menjamin pembangunan dan perdamaian dari generasi ke generasi.

Seruan tersebut dinilai makin kokoh ketika masyarakat global tengah menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Terutama, akibat dampak pandemi Covid-19 berkepanjangan, konflik regional, dan hambatan dalam globalisasi ekonomi.

Saat para pemimpin negara anggota Group of Twenty (G20) berkumpul di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022) hingga Rabu (16/11/2022), guna membahas permasalahan global, Xi kembali menyajikan langkah dan upaya China sebagai jawaban atas pertanyaan fundamental yang menghantui dunia itu.

Baca juga: Menengok Visi dan Aksi China di Bawah Kepemimpinan Xi Jinping untuk Masa Depan Global yang Lebih Baik

Pembangunan bersama

Dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (17/11/2022), China melaporkan pertumbuhan luar biasa dengan peningkatan produk domestik bruto (PDB) dari 53,9 triliun yuan (dengan kurs 1 yuan setara Rp 2.203) pada 2012 menjadi 114,4 triliun yuan pada 2021. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu pun mengambil peran yang lebih signifikan di kancah dunia.

Di sisi lain, China juga mengerahkan upaya untuk mempromosikan pembangunan bersama di seluruh dunia. Salah satunya melalui inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra atau dikenal sebagai Belt and Road Initiative (BRI) yang diusulkan pada 2013. Tujuannya, untuk mencapai berbagi keuntungan pembangunan dengan negara-negara lain melalui konektivitas infrastruktur.

Hingga akhir 2021, total volume perdagangan barang antara China dan negara-negara di sepanjang rute BRI tercatat mencapai hampir 11 triliun dollar AS dengan asumsi per 1 dollar AS senilai Rp 15.499.

"Pembangunan infrastruktur berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. China telah melakukan upaya tanpa henti dalam hal ini melalui kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra serta inisiatif lainnya," kata Xi saat menjelaskan pemikirannya di balik inisiatif tersebut pada G20 ke-16 di Italia.

Terkait hal itu, Dekan Fakultas Ilmu Bisnis dan Manajemen Universitas Nairobi James M Njihia terkesan dengan pemikiran baru tentang pembangunan yang diusung China melalui inisiatif BRI.

Baca juga: Warga Rusia yang Kabur dari Wajib Militer dengan Perahu ke Korea Selatan Ditolak Masuk

Sejumlah truk mengantre untuk memuatkan kontainer di sebuah terminal kontainer di Rizhao, Provinsi Shandong, China Timur, pada 28 Maret 2022. Dalam tiga kuartal pertama 2022, Produk Domestik Bruto (PDB) China naik 3 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau 0,5 poin persentase lebih cepat dari paruh pertama 2022, menurut data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China. Dok. Xinhua Sejumlah truk mengantre untuk memuatkan kontainer di sebuah terminal kontainer di Rizhao, Provinsi Shandong, China Timur, pada 28 Maret 2022. Dalam tiga kuartal pertama 2022, Produk Domestik Bruto (PDB) China naik 3 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau 0,5 poin persentase lebih cepat dari paruh pertama 2022, menurut data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China.

"(China berhasil) dari sekadar penerima pinjaman menjadi proyek nyata di lapangan yang menghadirkan pembangunan melalui perdagangan dan usaha," kata James.

Tak hanya itu, Xi juga mengajukan Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI) pada debat umum Sidang Majelis Umum PBB ke-76 pada 2021.

Pada Dialog Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Global pada Juni 2022, Xi menguraikan langkah-langkah yang akan diambil China di bawah kerangka GDI guna mendukung Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Hal itu termasuk memperdalam kerja sama global dalam mengentaskan kemiskinan, membangun kapasitas produksi dan pasokan pangan, serta mempromosikan kemitraan energi bersih.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun merespons langkah-langkah China yang diinisiasi Xi. Dikatakan Guterres, inisiatif GDI tersebut secara holistik merupakan kontribusi dari China yang berharga. 

Baca juga: China Temukan 1.000 Artefak di Makam Kuno, Ungkap Informasi Jalur Sutra

"Hal itu dapat mengatasi tantangan bersama serta mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif," kata Guterres.

Berbagi peluang dengan dunia

Selain kedua inisiatif tersebut, China juga telah berbagi peluang dengan dunia, termasuk dengan peluncuran Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE).

China juga membangun zona percontohan kerja sama e-commerce Jalur Sutra, penerapan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, serta pengajuan permohonan keanggotaan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik. 

Sebuah kapal pesiar melintas di bawah Jembatan Peljesac dekat Komarna, Kroasia, pada 23 Juni 2022. Menjadi proyek utama Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, jembatan itu mewakili sebuah tonggak baru yang akan lebih lanjut mencerahkan prospek hubungan dan kerja sama China-Kroasia dan China-Eropa.Dok. Xinhua/PIXSELL/Matko Begovic Sebuah kapal pesiar melintas di bawah Jembatan Peljesac dekat Komarna, Kroasia, pada 23 Juni 2022. Menjadi proyek utama Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, jembatan itu mewakili sebuah tonggak baru yang akan lebih lanjut mencerahkan prospek hubungan dan kerja sama China-Kroasia dan China-Eropa.

Data Bank Dunia menunjukkan bahwa selama periode 2013-2021, kontribusi China bagi pertumbuhan ekonomi global rerata mencapai 38,6 persen atau lebih tinggi dari gabungan kontribusi negara-negara anggota Group of Seven (G7).

Akademisi dengan disiplin ilmu mengenai China di Universitas Shahid Beheshti, Iran, Farhad Javanbakht Kheirabadi pun menilai, usulan China dapat digunakan untuk mencapai pembangunan bersama memberikan pemahaman tepat tentang isu-isu global dan fokus pada kemajuan bersama.

Baca juga: Saat Jokowi dan Xi Jinping Tepuk Tangan Saksikan Uji Dinamis Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Fokus pada perdamaian

Mengutip pepatah Uzbekistan, Xi pernah mengatakan, suatu negara dapat menikmati kemakmuran, seperti halnya tanah yang menjadi subur berkat adanya hujan dengan adanya perdamaian.

Hal itu menjadi sebab Xi mengusulkan Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI) pada upacara pembukaan Konferensi Tahunan Forum Boao untuk Asia (Boao Forum for Asia) 2022 dengan menawarkan solusi China bagi tantangan keamanan global.

Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengatakan, inisiatif Xi tersebut mendorong pendekatan kooperatif dan sinergis untuk menggantikan pola pikir menang-kalah (zero-sum) perang dingin (cold war) tentang memaksimalkan keamanan melalui kontestasi kekuasaan dan perlombaan senjata.

Direktur Pusat Kajian Afrika-China di Universitas Johannesburg, David Monyae, juga berpendapat bahwa inisiatif tersebut menyajikan filosofi panduan yang tepat tentang perdamaian dan keamanan global.

Untuk diketahui, GSI merupakan solusi China untuk memperbaiki defisit keamanan global.

Baca juga: Kala Xi Jinping Pakai Endek Bali di Jamuan Makan Malam KTT G20 Bali

Dalam beberapa dekade terakhir, China telah menyerukan visi keamanan bersama yang komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan.

Sejak 1990, China juga telah mengerahkan lebih dari 50.000 personel pasukan penjaga perdamaian ke hampir 30 misi penjaga perdamaian sekaligus menyumbang dana terbesar kedua bagi operasi-operasi penting PBB.

Presiden Sidang Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly/UNGA) ke-77, Csaba Korosi, bahkan menyebut China sebagai "penopang yang kuat bagi bendera biru (PBB)".

Tak heran, China memang telah mengupayakan jalan keluar untuk menghadapi berbagai ancaman keamanan, dan ikut mengkoordinasikan tanggapan melalui sejumlah mekanisme multilateral, seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization/SCO).

Saat berpidato dalam Pertemuan Dewan Kepala Negara SCO ke-22 pada September 2022, Xi menyerukan kepada para anggota organisasi tersebut untuk memberantas terorisme, separatisme, dan ekstremisme.

Baca juga: Xi Jinping Jadwalkan Pembicaraan Formal dengan Jokowi di Sela KTT G20

Xi juga mendorong seluruh pihak menghadapi berbagai tantangan dalam bidang keamanan data, ketahanan hayati, keamanan luar angkasa, dan ranah keamanan non-tradisional lainnya secara efektif.

Hal tersebut diamini Ketua Pusat Studi China dan Asia Tenggara Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi, B R Deepak, yang mengatakan perlunya upaya membangun komunitas keamanan global bagi semua pihak.

"Upaya tersebut dapat mengatasi isu defisit perdamaian dan defisit tata kelola, serta mengupayakan perdamaian dan pembangunan (dunia)," kata Deepak.

Satu komunitas

Dihadapkan dengan pandemi yang berkepanjangan, tensi geopolitik yang terus meningkat, serta lonjakan praktik proteksionisme dan unilateralisme, pembangunan global tengah mengalami kemunduran.   

Para personel pasukan penjaga perdamaian China membersihkan puing-puing ledakan pelabuhan di Beirut, Lebanon, pada 30 September 2020.Dok. Xinhua/Zhao Wenhuan Para personel pasukan penjaga perdamaian China membersihkan puing-puing ledakan pelabuhan di Beirut, Lebanon, pada 30 September 2020.

Laporan terbaru yang dirilis Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme/UNDP) pada 2022 bertajuk Human Development Report, menunjukkan bahwa 9 dari 10 negara mengalami kemunduran dalam bidang pembangunan manusia.

Baca juga: Lakukan Misi Kemanusiaan, Kapal Rumah Sakit Angkatan Laut China Berlabuh di Tanjung Priok

Hal itu terjadi akibat berbagai krisis, termasuk kesenjangan Utara-Selatan, kesenjangan teknologi, dan aksi menekan perubahan iklim yang tidak memadai. 

Sembari mendesak negara-negara maju untuk menepati janji dan upaya mereka untuk menekan perubahan iklim, China juga membantu negara-negara berkembang dalam meningkatkan kemampuan adaptasi mereka melalui kerja sama Selatan-Selatan. 

Sejauh ini, China telah menawarkan 2 miliar yuan kepada negara-negara berkembang lainnya untuk kebutuhan beradaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk berbagai peralatan, seperti satelit mikro dan drone yang dapat digunakan dalam pemantauan serta peringatan bencana alam. 

Guna mempersempit "kesenjangan imunisasi" yang terlihat jelas selama pandemi, China dan negara-negara anggota BRICS--yakni, Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa-- meresmikan pusat penelitian dan pengembangan vaksin. 

Upaya tersebut dimaksudkan agar vaksin dapat diakses dan dijangkau bagi negara-negara berkembang.

Baca juga: Cerita Polisi Bali Temukan iPad Delegasi G20 Asal China yang Tertinggal di Taksi Online

Di samping itu, negara anggota BRICS juga memberikan pengalaman pembangunan dan teknologi untuk kawasan selatan bumi (Global South).

Sebagai contoh, China membantu banyak negara Afrika, seperti Mozambik, dalam pengembangan pertanian modern lewat bantuan Sistem Satelit Navigasi BeiDou dan peralatan nirawak. 

Dalam upacara pembukaan Forum Bisnis BRICS pada Juni 2022, Xi juga menyerukan kepada dunia agar mendorong konsultasi yang ekstensif dan kontribusi gabungan untuk memberikan manfaat bersama. 

Tujuannya, untuk memastikan seluruh negara dapat menikmati hak yang sama, mengikuti aturan secara setara, dan berbagi peluang yang sama. 

"Terlepas dari perubahan dalam lingkungan global yang terus berkembang, tren keterbukaan dan pembangunan yang bersejarah tidak akan berbalik arah," tutur Xi.

Baca juga: Bertemu Xi Jinping, Jokowi: Senang Dapat Menyambut Kakak Besar di Bali

Dia juga menyerukan untuk bangkit menghadapi tantangan dan terus maju dengan tekad bulat menuju pencapaian masa depan bersama.

Duta Besar Aljazair untuk China Hassane Rabehi menilai, usulan-usulan China tersebut merupakan usulan mulia karena searah dengan kepentingan bagi seluruh umat manusia.

“(Hal yang dilakukan China) sekaligus menginspirasi semua negara untuk berkolaborasi guna menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia dan bekerja sama demi kepentingan bersama," kata Hassane. 


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com