Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Murniati Mukhlisin
Praktisi Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Bisnis Digital Syariah/Pendiri Sakinah Finance dan Sobat Syariah/Dosen Institut Tazkia

Wakaf dan Personal Finance

Kompas.com - 20/11/2022, 11:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HIDUP manusia tidaklah berhenti hanya sampai kematian datang saja, masih ada banyak tahapan untuk akhirnya mencapai tujuan akhir, yaitu surga atau neraka.

Dengan alur kehidupan yang panjang inilah mestinya kita dapat mempersiapkan bekal di masa depan, baik untuk diri sendiri maupun untuk anak cucu kelak.

Salah satu bentuk persiapan adalah dengan perencanaan keuangan yang baik. Dengan demikian, hidup tenang menghadapi segala ketidakpastian di masa depan.

Keuangan personal sangat penting untuk dipelajari dan diaplikasikan dalam upaya menjaga dan mengelola harta pribadi.

Penjagaan dan pengelolaan ini diharapkan agar harta kita tidak sampai dikeluarkan untuk hal-hal yang bersifat sia-sia dan tidak berkembang. Selain itu, agar harta yang kita punya dapat menjadi wasilah atau jalan menuju tujuan, target atau cita-cita yang diinginkan.

Salah satu cara mempercepat tercapainya tujuan keuangan adalah dengan investasi. Investasi di dunia dapat dilakukan melalui instrumen saham, reksadana, emas dan lainnya yang dinilai akan memberikan hasil lebih besar. Harta bukan hanya aman, tapi juga berkembang.

Peringatan dalam Al-Qur’an jelas menunjukan bahwa seseorang yang kemudian menyesal ketika meninggal dunia dalam keadaan kikir, lihat QS Al-Munafiqun (63): 10: “Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” Maka dari itu, mari bergegas.

Selain investasi dunia, ada investasi akhirat yang dapat menyeimbanginya melalui instrumen zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf.

Wakaf memberikan hasil berbentuk pahala yang terus mengalir selama harta yang dinafkahkan masih berfungsi dan tidak habis. Wakaf dapat menjadi semacam passive income meski kita tidak dapat lagi beraktivitas.

Sebagaimana disebut dalam hadits yang diceritakan oleh Abu Hurairah RA yang artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh" (HR Muslim).

Wakaf merupakan salah satu instrumen kepedulian sosial dalam Islam. Konsep wakaf telah ada sejak masa Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin hingga pada masa kini.

Dulu wakaf hanya dipandang sebagai salah satu cara berbuat baik dan menambah pahala. Namun kini wakaf dapat dikelola menjadi berbagai hal yang dapat memperluas pemanfaatan dan kemashlahatannya bagi umat.

Dari sisi jenis wakaf, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu dari segi waktu, jenis harta, dan penerima manfaat.

Adapun jenis waktu ada dua, yaitu permanen dan temporer. Sedangkan dari jenis hartanya ada dua juga, yaitu harta tidak bergerak dan harta bergerak.

Selanjutnya ada dua jenis penerima manfaat, yaitu masyarakat umum (wakaf khairi) dan keluarga (wakaf ahli).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com