Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena PHK Perusahaan Teknologi, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 22/11/2022, 12:05 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ramai gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan teknologi, mulai dari PT Shopee Indonesia, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, hingga PT Ruang Raya Indonesia atau Ruangguru.

GoTo melakukan PHK terhadap 1.300 pekerjanya atau sekitar 12 persen dari total karyawan tetap. Pengumuman PHK GoTo ini disampaikan CEO Grup GoTo Andre Soelistyo dalam pertemuan town hall pada Jumat (18/11/2022).

Sedangkan Ruangguru mengaku mem-PHK ratusan karyawannya dengan alasan ketidakpastian ekonomi global yang akhirnya berdampak terhadap perusahaan.

Sementara menurut sumber internal Shopee Indonesia, PHK dilakukan terhadap sekitar 3 persen dari total karyawan. Namun, sumber enggan menyebutkan jumlah karyawan Shopee Indonesia saat ini.

Baca juga: Penjelasan CEO Ruangguru soal PHK Ratusan Karyawan, Akui Gagal Antisipasi Situasi Ekonomi

Lalu apa yang menjadi penyebab dari fenomena PHK massal di perusahaan teknologi?

Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, kondisi PHK tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi perekonomian global dan domestik, di mana terjadi kenaikan inflasi yang direspons bank-bank sentral dengan kenaikan tingkat suku bunga.

Kenaikan tingkat suku bunga itu menyebabkan biaya pinjaman menjadi mahal, investasi pun akan menurun dan konsumsi juga akan melemah.

"Akibatnya kemampuan perusahaan untuk ekspansi akan melemah, beban perusahaan akan tambah, dan akan membuat perusahaan melakukan efisiensi. Salah satunya dengan melakukan PHK," ungkap Nailul kepada Kompas.com dikutip Selasa (22/11/2022).

Ia menjelaskan, fenomena PHK massal oleh perusahaan tekonologi juga terjadi di Amerika Serikat (AS), seperti yang dilakukan Amazon dan Meta. Bank sentral AS sudah menaikkan suku bunga sebanyak 375 basis poin di sepanjang 2022.

Sementara di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 175 basis poin di sepanjang tahun ini.

"Makanya sektor riil di Indonesia juga sudah mulai kelimpungan di mana terjadi beberapa PHK, termasuk perusahaan tekstil. Ternyata, perusahaan digital pun tidak luput dari masalah PHK ini, di mana banyak perusahaan digital melakukan efisiensi dengan memfokuskan layanan ke industri tertentu," paparnya.

Nailul mengatakan, langkah efisiensi dilakukan perusahaan untuk bisnisnya bisa bertahan. Upaya perbaikan kinerja juga diperkuat dengan langkah perusahaan digital menambah berbagai biaya dalam layanannya.

"Makanya memang biaya-biaya yang timbul dari layanan itu dibutuhkan untuk membuat perusahaan lebih sustain (bertahan) dan membuat arus kas perusahaan digital lebih baik, dan bisa keluar dari strategi bakar uang," ungkap dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai, kondisi PHK di berbagai perusahaan teknologi menunjukkan masa sulit akan mulai memasuki bisnis digital tanah air, seiring dengan kondisi global yang bergejolak.

"Tidak ada perusahaan digital, termasuk unicorn dan decacorn, yang kebal terhadap dampak kelesuan bisnis digital global. Yang bisa jadi ada kaitannya dengan ramalam bahwa 2023 akan jadi tahun berat, gelap dan resesi di mana-mana," kata dia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com