Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Acuan Terus Naik, Simak Rekomendasi Saham BTN

Kompas.com - 22/11/2022, 14:06 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) terus meningkat. Teranyar, bank sentral mengerek suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), deposit facility, dan lending facility masing-masing sebesar 50 bps menjadi sebesar 5,25 persen, 4,5 persen, dan 6 persen.

Kenaikan tersebut akan ditransmisikan pada suku bunga kredit, seperti kredit pemilikan rumah (KPR). Suku bunga KPR diproyeksi mengalami kenaikan, terutama yang bersifat floating.

Lantas, bagaimana dampak potensi kenaikan suku bunga KPR terhadap PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), yang merupakan bank dengan spesialisasi KPR?

Dalam riset terbarunya, Analis Bahana Sekuritas Yusuf Ade Winoto dan Nathania Giovanna mengatakan, permintaan KPR BTN akan tetap kuat, yang didorong oleh fokus pemerintah dalam penyaluran subsidi perumahan. Ini kemudian akan tetap menjaga tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan.

Baca juga: Data Ekonomi Positif, Simak Rekomendasi Saham Sepekan dari Berikut Ini

Pada periode 2016 sampai 2021, subsidi pemerintah ke sektor perumahan terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 41,2 persen. Untuk 2022, anggaran subsidi meningkat 13,1 persen menjadi Rp 25,53 triliun, dan untuk 2023 indikatif anggaran subsidi perumahan meningkat 16,8 persen menjadi Rp 29,53 triliun.

"BBTN menjadi penerima manfaat utama dari pertumbuhan anggaran perumahan subsidi karena porsi KPR subsidi mencapai 48 persen dari total KPR BBTN," tulisnya dalam riset tersebut dikutip, Selasa (22/11/2022).

Selain itu, BBTN juga bisa mengamankan porsi terbesar dari KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) karena memiliki hubungan yang kuat dengan pengembang, khususnya pengembang perumahan murah.

Faktor lainnya adalah pengalaman panjang di bisnis KPR, proses bisnis yang mapan dan mencapai skala ekonomi yang tinggi serta nasabah yang besar dan setia.

Riset Bahana juga menyatakan, BBTN juga diuntungkan oleh tren yang kuat dari permintaan KPR. Ini tercermin dari rasio KPR terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat secara bertahap, dari 2,5 persen pada 2011 menjadi 3,5 persen pada 2021.

Di industri perbankan KPR juga terus meningkat secara konsisten dengan CAGR 11,6 persen pada periode 2011-2021. Selain itu, BTN berhasil mendongkrak pangsa pasar di industri KPR, dari 24,6 persen di tahun 2011 menjadi 37,4 persen di tahun 2021.

Bahana memberikan rekomendasi beli untuk saham BBTN dengan target harga 12 bulan pada Rp 1.950. Nilai ini setara dengan kenaikan 29,14 persen dibandingkan harga saham BBTN yang ditutup di level Rp 1.510 pada Senin (21/11/2022) kemarin.

Target harga dari Bahana tersebut setara dengan 0,75x nilai buku (price to book value) atau di bawah 1x nilai buku. Target nilai buku dari BBTN ini lebih rendah dibandingkan peer group karena BBTN memiliki rasio intermediasi (loan to deposits ratio) yang tinggi dan net interest margin (NIM) yang rendah.

Baca juga: Saldo Minimal BRI, BNI, BCA, BTN, dan Mandiri

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com