Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Airlangga: Penting Jaga Devisa, Sebab Pertandingan Kurs Akan Jadi Tantangan RI

Kompas.com - 23/11/2022, 16:41 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, Indonesia akan menghadapi tantangan pertandingan kurs dengan mata uang asing pada dua tahun ke depan. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga kertersediaan devisa di dalam negeri.

"Kenapa devisa penting? Sebab satu, dua tahun ke depan, pertandingan kita adalah di kurs mata uang asing. Amerika Serikat (AS) meningkatkan suku bunga kembali dan BI (Bank Indonesia) sudah tingkatkan suku bunga lagi," ungkapnya dalam acara PLN Local Content Movement for The Nation (Locomotion) 2022 di JCC, Jakarta, Rabu (23/11/2022).

Kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS itu pun dimaksudkan untuk menarik masuknya aliran dana ke negara Paman Sam itu, alhasil menguatkan nilai dollar AS.

Baca juga: Mungkinkah Kurs Rupiah Tembus Rp 16.000 Per Dollar AS? Ini Kata Analis

Di sisi lain, bank-bank sentral negara lain, termasuk Indonesia, ikut menaikkan suku bunga agar mempertahankan aliran modal tak keluar dari negaranya.

"Sehingga ini jadi tantangan jaga cadev (cadangan devisa)," kata Airlangga.

Dia menyebutkan, salah satu tantangan yang dihadapi pada masa krisis keuangan di 2008 adalah kelangkaan dollar AS di dalam negeri. Belajar dari masa lalu, maka perlu upaya untuk menjaga ketersediaan devisa, bahkan mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS.

Maka upaya yang dilakukan, kata Airlangga, di antaranya dengan mendorong tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atau subtitusi impor. Menurut dia, target dari kebijakan TKDN adalah membangun industri berorientasi ekspor untuk hasilkan devisa, serta menggantikan produk impor dengan produk dalam negeri untuk menghemat devisa.

"Krisis 2008 itu terjadi kelangkaan dollar AS. Oleh karena itu, kebijakan substitusi impor, kurangi demand (permintaan) terhadap dollar AS itu penting," imbuh dia.

Selain melalui TKDN, upaya mengurangi penggunaan dollar AS dilakukan pemerintah melalui keterlibatan dalam Inisiatif Chiang Mai (CMI), yakni kesepakatan pertukaran mata uang multilateral yang melibatkan sepuluh anggota ASEAN serta tiga negara mitra yakni China, Jepang, dan Korea Selatan.

"Jadi melalui ASEAN kita ada Chiang Maiciangmai Inisiatif, di mana kita ada (kerja sama) local currency swap," katanya.

Baca juga: BI Tengah Godok Insentif agar Devisa Hasil Ekspor SDA Betah Parkir di Dalam Negeri

Lebih lanjut, dalam hal mendukung peningkatan komponen dalam negeri, serta menjaga ketersediaan devisa, Airlangga meminta peran PLN untuk meningkatkan belanjanya terhadap produk dalam negeri. Terlebih, nilai belanja PLN setiap tahunnya cukup besar yaitu mencapai Rp 300 triliun.

"Akan lebih kuat jika Rp 300 triliun itu dibelanjakan di dalam negeri, jadi rupiah dan ekonomi semakin kuat," pintanya.

Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, selama ini belanja PLN tersebut mencakup Rp 200 triliun untuk industri dalam negeri. Namun seiring dengan terbangunnya ekosistem industri dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan komponen PLN, maka belanja produk lokal akan semakin ditingkatkan oleh perseroan.

"Jadi begitu sudah terbangun manufacturing capacity dalam negeri, maka dalam lelangnya, komponen yang harusnya diimpor dengan terpaksa kami remove, kami menekankan pada kekuatan dalam negeri," kata Darmawan.

Baca juga: BI: Sekitar 6 Miliar Dollar AS Cadangan Devisa RI Dialokasikan untuk Obligasi Berkelanjutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com