Kontribusi sektor tersebut di kawasan Asia-Pasifik mencapai 9,9 persen dari total perekonomian pada 2019. Ini menurun menjadi hanya 4,6 persen dari total ekonomi di Asia-Pasifik pada 2020.
Jumlah pekerjaan juga anjlok dari 185,06 juta pada tahun 2019 menjadi 151,01 juta pekerjaan pada 2020, penurunan sebesar 18,4 persen dari total pekerjaan di wilayah tersebut.
Hanya tiga anggota APEC—Kanada; Meksiko; dan Amerika Serikat mengalami peningkatan kedatangan wisatawan antara 2020 dan 2021.
Untuk mengatasi krisis ekonomi akibat perubahan iklim, APEC berupaya untuk mengatasi semua tantangan lingkungan secara komprehensif, termasuk perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan bencana alam, untuk planet yang berkelanjutan, khususnya dalam hal mitigasi, adaptasi, dan ketahanan iklim.
Dalam pertemuan mengenai Bio-Circular-Green (BCG) Economy, pada 29 Agustus 2022, para menteri APEC bersepakat untuk mencari prakarsa praktis, ambisius, dan konkret untuk transisi ke ekonomi global masa depan yang tahan iklim sejalan dengan upaya global.
APEC juga berambisi meraih pencapaian Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dan tujuan Perjanjian Paris, serta mendukung komitmen setiap anggota APEC untuk meraih net zero atau netralitas karbon.
APEC berkomitmen meningkatkan kapasitas adaptif, memperkuat ketahanan dan mengurangi kerentanan terhadap dampak buruknya perubahan iklim dan risiko melalui langkah-langkah adaptasi ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan, serta kesiapsiagaan dan manajemen bencana dan keadaan darurat.
APEC juga bertekad bertransformasi menjadi ekonomi hijau, seperti mengembangkan skema penetapan harga, memahami proses untuk menerapkan langkah-langkah peraturan hijau, memperkuat kolaborasi antarlembaga dan lintas ekonomi, meningkatkan kemitraan dengan sektor swasta, dan memobilisasi keuangan menuju investasi hijau.
Untuk mencapai pemulihan ekonomi pasca-Covid-19, APEC mendukung saran Presiden RI, Joko Widodo dalam KTT APEC Sesi I di Bangkok, Jumat 18 November 2022, supaya setiap anggotanya melakukan reformasi struktural yang berfokus pada pertumbuhan yang dirancang agar inklusif, berkelanjutan, dan ramah inovasi.
Dalam jangka pendek, Presiden Jokowi mendorong sesama anggota APEC untuk berkolaborasi guna mengatasi inflasi dan memastikan ketahanan pangan.
Untuk jangka panjang, Jokowi mendorong perwujudan APEC Food Security Roadmap Towards 2030 untuk memastikan ketahanan pangan melalui beberapa hal, yakni teknologi yang inovatif dan digitalisasi, peningkatan produktivitas dan efisiensi sistem pangan, serta kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan.
Ini termasuk menyiapkan lingkungan yang memungkinkan semua jenis bisnis, termasuk UMKM dan start-up berkolaborasi untuk meningkatkan peluang dan menjadi kompetitif, terspesialisasi, inovatif, dan berekspansi ke pasar internasional.
Secara bersama APEC menegaskan kembali komitmennya terhadap Enhanced APEC Agenda for Structural Reform (EAASR) dan berupaya untuk membuat kemajuan kolektif dan individu, termasuk kemudahan melakukan bisnis.
Untuk meningkatkan daya saing sektor jasa, terutama perjalanan, transportasi, dan layanan lain yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19, APEC menegaskan kembali komitmennya untuk mempercepat pekerjaan sebagai tanggapan terhadap APEC Services Competitiveness Roadmap (2016-2025).
Sementara itu, pejabat tingkat menteri dan perwakilan tingkat tinggi APEC telah menyusun rencana pemulihan penting bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).