Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

APEC dan Solusi Ekonomi Asia Pasifik

Kompas.com - 24/11/2022, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH rebound kuat sebesar 6,5 persen yang tercatat pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik diperkirakan akan moderat sekitar 3,2 pada tahun 2022 di tengah lingkungan global yang tidak menentu, dan diproyeksikan sedikit meningkat menjadi 4,3 persen pada tahun 2023.

Risiko resesi global pada tahun 2023 meningkat, menurut Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB), dan banyak lembaga terkemuka lainnya, karena bank sentral di berbagai negara menerapkan kenaikan suku bunga secara simultan untuk memerangi inflasi.

Tekanan dari perubahan iklim

Sejak dimulainya Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada tahun 1989, kawasan APEC telah terkena dampak 36 persen dari total bencana alam global.

Kerugian terkait bencana di APEC, sebagian besar terkait cuaca, mencapai rata-rata 111 miliar dollar AS per tahun.

Pada sisi lain, kawasan APEC juga merupakan kontributor utama perubahan iklim. Antara tahun 1990 dan 2018, emisi gas rumah kaca kawasan ini tumbuh 1,9 persen per tahun, lebih tinggi dari tingkat rata-rata dunia sebesar 1,1 persen.

Laporan yang disusun World Bank Group (2019) berjudul ‘Climate Change in APEC’ mengungkapkan bahwa perubahan iklim menimbulkan risiko ekstrem bagi kawasan APEC.

Tanpa peningkatan tindakan dari pemerintah, suhu global diperkirakan akan meningkat lebih dari 3°C di atas rata-rata pra-industri pada tahun 2100, dengan kemungkinan 20 persen pemanasan lebih dari 4°C.

Hingga tahun 2019, sebanyak 70 persen dari bencana alam global terjadi di kawasan APEC, yang intensitas dan keparahannya diperkirakan akan meningkat dengan perubahan iklim.

Bank Dunia memperkirakan kerugian yang disebabkan oleh perubahan iklim mencapai sebesar 7,3 persen dari produk domestik bruto di seluruh APEC pada tahun 2100, yang sebagian besar akan dialami oleh negara-negara berkembang yang lebih dekat ke khatulistiwa akibat banjir pesisir.

Tekanan dari pandemi Covid-19

Perekonomian di kawasan APEC juga mendapat tekanan berat dari pandemi Covid-19 selama 2020 dan 2021.

Laporan Akhir Unit Pendukung Kebijakan (PSU) APEC, bertajuk ‘Covid-19 and Cross-Border Mobility in the APEC Region: Addressing Uncertainties at the Border’ (November 2022) menyebutkan bahwa dampak Covid-19 yang lintas batas ini sangat luas.

Pada tahun 2021, PSU APEC memperkirakan kerugian ekonomi akibat hilangnya mobilitas lintas batas selama 2020 mencapai 1,2 triliun dolar AS.

World Travel and Tourism Council (WTTC) memperkirakan kerugian global ini sebesar 4,5 triliun dollar AS untuk tahun yang sama.

Sementara PSU APEC menyebutkan pembatasan sosial terkait Covid-19 telah menyusutkan kedatangan wisatawan internasional ke negara-negara APEC pada 2020 sebesar 79,1 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2019.

Di kawasan Asia-Pasifik, total kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB mengalami penurunan sebesar 53,7 persen dari 3 triliun dollar AS pada 2019 menjadi 1,4 triliun dollar AS pada 2020.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com