Bandara juga bisa menggunakan lampu LED yang hemat daya listrik atau menggunakan sumber energi baru terbarukan seperti yang baru-baru ini dianjurkan oleh Presiden Joko Widodo.
Misalnya dengan membangun instalasi solar panel (tenaga matahari), tenaga angin, tenaga aliran air bagi bandara yang dekat dengan sungai atau laut dan sebagainya.
Selain arsitektur gedung, juga harus ditunjang dengan sistem penggunaan energi yang baik.
Misalnya menggunakan sistem otomatis untuk mematikan listrik atau kran air yang tidak terpakai, menggunakan kendaraan listrik yang juga akan mati otomatis jika tidak terpakai dan sebagainya.
Atau bisa juga menyederhanakan sistem dan alur naik-turun penumpang dari pesawat ke terminal sehingga tidak diperlukan ruangan dan energi yang berlebihan.
Banyak hal yang dapat dilakukan terkait hemat energi ini. Untuk itu harus terus menerus dilakukan inovasi terkait operasionalnya.
Seperti, misalnya, yang dilakukan oleh organisasi kebandarudaraan internasional, Airport Council International (ACI), yang selama 7 tahun melakukan kampanye dan memberi penghargaan green airport pada bandara-bandara di dunia.
Pada tahun 2023 nanti, kampanye yang akan dilakukan adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di bandara.
Mengurangi penggunaan energi atau menggunakan energi baru dan terbarukan sebenarnya tidak saja mengurangi pencemaran. Namun juga bisa mengurangi biaya, seperti slogan “hemat energi, hemat biaya”.
Misalnya saja kalau di bandara hemat listrik dan hemat air, tentunya biaya untuk pengadaan listrik juga bisa dipangkas.
Dengan sistem otomatis pada kendaraan yang akan mati mesinnya kalau tidak terpakai, tentu juga akan memperpanjang umur kendaraan tersebut. Artinya biaya pengadaan kendaraan dan biaya pemeliharaannya juga bisa dihemat.
Dengan biaya operasional yang lebih kecil, ada kemungkinan biaya layanan bandara untuk penumpang (passenger service charge) juga dapat ditekan. Tentu ini juga dapat menjadi khabar baik bagi penumpang.
Untuk melaksanakan green airport atau eco airport ini, menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara di atas, pengelola bandara tidak bisa bekerja sendirian.
Harus dilakukan kerja sama dengan stakeholder atau instansi lain yang terkait seperti, misalnya maskapai, ground handling, Airnav dan lainnya. Untuk itu harus dibuat Eco Airport Council yang beranggotakan para stakeholder tersebut.
Selanjutnya disusun Airport Environmental Plan (AEvP) dan kemudian dalam pelaksanaannya harus selalu dilakukan evaluasi sehingga AEvP dapat berjalan dengan baik.
Isu pengelolaan lingkungan hidup ini memang harus terus menerus dikampanyekan dan dilaksanakan, termasuk di bandara dengan mengembangkan green airport atau eco airport.
Bagaimanapun kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari alam. Kita tidak akan kuasa melawan alam. Yang dapat kita lakukan adalah akrab dengan alam sehingga kehidupan manusia menjadi semakin baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.