Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Nikel, Logam yang Lagi Naik Daun Berkat Booming Mobil Listrik

Kompas.com - 26/11/2022, 16:55 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Nikel, salah satu mineral tambang, mendadak jadi perbincangan banyak orang. Logam ini tengah jadi sorotan karena membuat Indonesia digugat Uni Eropa di WTO. Apa itu nikel?

Mengutip laman resmi Vale Indonesia, salah satu perusahaan penambang nikel terbesar dunia, nikel adalah logam sangat berguna yang dimanfaatkan di mana-mana.

Nikel keras namun bisa dibentuk, tahan karat, dan sifat mekanis serta fisiknya tetap bertahan biarpun terpapar suhu ekstrem.

Logam ini bermutu tinggi karena berguna untuk pelapisan dan baterai. Nikel juga berfungsi memberi lapisan metalik cemerlang seperti pada keran dan pancuran di kamar mandi.

Baca juga: Apa yang Membuat Qatar Begitu Kaya Raya?

Bahkan di saat sekarang, hampir tak ada orang yang tak bisa lepas dari nikel. Ini karena logam ini dipakai sebagai salah satu bahan utama pembuat baterai lithium isi ulang pada gadget.

Tanpa nikel, nyaris tak mungkin smartphone bisa diproduksi. Nikel juga sangat berharga di masa depan seiring pesatnya tren kendaraan listrik di dunia.

Dalam industri baja, logam ini berperan sangat penting. Nikel memiliki sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras.

Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur, ornamen-ornamen rumah dan gedung, elektronik, serta komponen industri.

Baca juga: Khrushchyovka, Cara Uni Soviet Sediakan Rumah Murah bagi Warganya

Berdasarkan publikasi Vale Indonesia yang mengutip data US Geological Survey menyebutkan, dari 80 juta metrik ton cadangan nikel dunia, hampir 4 juta metrik ton tersimpan di Indonesia.

Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 dunia dengan deposit nikel terbesar di dunia. Cadangan nikel ini sebagian besar berada di Pulau Sulawesi.

Indonesia sendiri saat ini menguasai lebih dari 20 persen total ekspor nikel dunia. Negara ini menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni Eropa.

Nilai ekspor bijih nikel Indonesia mengalami peningkatan tajam dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat, ekspor bijih nikel Indonesia naik signifikan sebesar 18 persen pada kuartal kedua 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017.

Ada keharusan pengolahan bijih nikel menjadi produk yang bernilai tambah di smelter dalam negeri.

Baca juga: Mengapa Uni Soviet dan Komunis Identik dengan Palu Arit?

Dengan mengolah bijih nikel menjadi feronikel, misalnya, harganya dapat meningkat dari 55 dollar AS per ton menjadi 232 dollar AS per ton, atau memberikan nilai tambah sekitar 400 persen.

Yang unik, China meskipun memiliki cadangan nikel yang besar, selama puluhan tahun lebih banyak mengimpor bijih nikel dari Indonesia. Negeri Panda menyerap lebih dari 50 persen produksi nikel dunia untuk kebutuhan industrinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com