Selain itu, pasar domestik Indonesia dipandang cukup kuat sehingga diprediksi masih akan tumbuh 4,9-5,2 persen pada 2023 di tengah perlambatan ekonomi global.
Optimisme tersebut terbuktikan dengan kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 yang cukup impresif. Tercatat PDB Indonesia tumbuh sebesar 5,72 persen pada kuartal III 2022 naik dari 5,44 persen pada kuartal II 2022.
Selain itu, resiliensi pasar domestik Indonesia juga dibuktikan dengan tumbuhnya konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2022 sebesar 5,39 persen atau year on year (yoy).
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono, pertumbuhan tersebut didorong konsumsi rumah tangga kelompok masyarakat menengah ke atas, khususnya untuk kebutuhan tersier.
Data BPS tersebut sejalan dengan kondisi hotel, tempat wisata, penerbangan, tempat hiburan, dan perhelatan konser yang semakin ramai dan habis terjual.
Tingginya permintaan masyarakat kelas menengah atas tersebut dapat kita lihat dari terjual habis hanya dalam waktu kurang dari 15 menit, tiket konser BLACKPINK 11-12 Maret 2023 di Jakarta. Sejumlah 77.000 tiket terjual.
Padahal harga tiketnya tergolong cukup tinggi Rp 1,3 juta hingga 3,8 juta. Bahkan banyak fans yang tidak kebagian tiket rela membayar 2 hingga 3 kali dari harga resmi penjualan pertama.
Ketahanan ekonomi kelompok masyarakat kelas atas juga dapat dilihat dari melonjaknya penjualan kendaraan roda empat.
Berdasarkan data Gaikindo penjualan mobil dari pabrikan ke diler memecahkan rekor pada September 2022 dengan penjualan sebanyak 99.986 unit.
Penjualan tersebut lebih tinggi dari penjualan tertinggi tiga tahun terakhir, yaitu 96.128 unit pada Oktober 2019 dan 98.513 unit pada Maret 2023.
Di tengah ketahanan pasar domestik yang ditopang oleh tingginya permintaan kebutuhan tersier masyarakat kelas menengah ke atas terdapat realita lain yang dialami oleh masyarakat kelas menengah kebawah yang perlu diperhatikan pemerintah.
Berbeda dengan kelas menengah keatas yang cenderung menunjukkan resiliensi yang kuat di tengah ancaman resesi global, kelas menengah kebawah sudah merasakan penurunan kondisi ekonomi yang cukup signifikan.
Kenyataan tersebut tidak terlepas dari dampak kenaikan BBM dan melonjaknya harga pangan yang secara signifikan memengaruhi daya beli mereka karena tingginya persentase pengeluaran di dua kategori tersebut dibandingkan dengan masyarakat kelas menengah keatas.
Untuk inflasi energi pada Oktober 2022 telah menembus angka 16,88 persen YoY atau naik dari 16,48 persen pada September 2022.
Sedangkan untuk inflasi pangan 7,04 persen pada Oktober 2022, sedikit menurun dari 8,69 persen pada September 2022.