JAKARTA, KOMPAS.com - Green Banking atau perbankan ramah lingkungan dinilai bisa menjaga ketahanan perbankan. Sebagai bagian dari gerakan global dalam menghadapi krisis iklim, inisiatif ini diharapkan memunculkan kesadaran dalam mendukung gerakan ekonomi hijau.
Praktisi Perbankan Abiwodo mengungkapkan, meskipun perbankan tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan perusakan alam, tapi hal ini lebih kepada penyaluran kredit perbankan, atau operasional yang mungkin bisa mendukung perusakan alam.
“Bank memang tidak langsung terkait dengan kegiatan perusakan alam, seperti pertambangan atau industri penolahan lainnya. Tapi, dininilah pentingnya green banking, apakah kreditnya disalurkan ke industri ramah lingkungan atau justru ke industri yang merusak alam,” lanjut dia.
Baca juga: BNI Ekspansi Green Banking Korporasi Rp 6,1 Triliun
Secara teknis, green banking ini dinilai dapat mengucurkan kreditnya untuk perusahaan yang memenuhi standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and governance) atau ESG.
“ESG yang dimaksud ini merupakan inisiatif kalangan swasta dalam merespon desakan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,” lanjut dia.
Abiwodo mengungkapkan, melalui green banking korporasi, maka perbankan tidak lagi cuma fokus pada laba sebesar-besarnya, tetapi juga fokus pada tanggung jawab dalam upaya memelihara kelestarian lingkungan dan alam semesta atau planet.
“Green banking juga meningkatkan kelestarian lingkungan dan alam semesta dan juga meningkatkan kesejahteraan sosial kepada masyarakat,” tambah dia.
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Penerapan ESG di Proyek Pemerintah Bisa Hemat APBN
Abiwodo menambahkan, saat ini masih saja ada orang yang melihat green banking memiliki risiko bagi korporasi bank dari sisi profit (NPM). Ini lantaran ruang penyaluran kreditnya menjadi lebih sempit.
“Artinya, permodalan bank akan turun. Apalagi perbankan adalah kontributor utama dalam menjaga kondisi perekonomian supaya tetap kondusif. Yang pasti, yang terjadi justru sebaliknya, transformasi perilaku bank ke green banking sangat bisa menjaga ketahanan perbankan, yang ujung-ujungnya juga menjaga kondisi perekonomian,” lanjut dia.
Baca juga: Restrukturisasi Kredit Diperpanjang, Perbankan dan Pemerintah Perlu Waspadai Debitur Nakal
Abiwodo menegaskan, konsep ekonomi hijau atau green economy sudah menjadi komitmen bersama banyak negara. Sustainable finance menjadi tren global dan paradigma baru, seperti ajang G20 yang mendukung program pendanaan hijau.
Implementasi green banking juga dinilai dapat menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia sendiri sudah mulai menerapkan pendekatan ekonomi tersebut yang tersalur pada proyek yang sejalan dengan penerapan Keuangan Berkelanjutan.
“Ambil contoh proyek energi terbarukan yang ditetapkan oleh pemerintah, pembiayaan penggantian chiller air conditioner, atau pembiayaan penggantian mesin tekstil hemat energi. Perbankan sudah mendeklarasikan dirinya sebagai green banking akan menikmati derasnya penyaluran kredit,” lanjut Abiwodo.
Di sisi lain, tren global ekonomi hijau juga meningkatkan jumlah keterlibatan investor yang berwawasan lingkungan. Dari sini, industri perbankan pun bisa menawarkan obligasi berwawasan lingkungan sebagai alternatif investasi.
“Melihat potensi itu, pengaruh positif green banking dan ESG terhadap ketahanan perbankan sangat signifikan. Bank juga berkesempatan mengoptimalkan perannya dalam menekan laju degradasi lingkungan, yang sudah pasti mengganggu pertumbuhan ekonomi dan ketahanan perbankan itu sendiri,” tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.