Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Sampoerna Sebut Perusahaan Besar Perlu Melakukan Inovasi Disruptif

Kompas.com - 29/11/2022, 21:01 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mulai memikirkan peran masing-masing dalam memberikan perubahan yang positif dan terus berinovasi.

Ia menuturkan umumnya inovasi datang dari perusahaan-perusahaan baru, seperti startup. Namun, bukan berarti perusahaan besar tidak dapat melakukan hal yang sama. Justru, penting bagi perusahaan besar untuk melakukan inovasi yang disruptif demi mengantisipasi masa depan dan berinvestasi jangka panjang.

“Sains dan teknologi memiliki potensi untuk membentuk kembali suatu industri dan memberi dampak positif, termasuk bagi lingkungan. Melalui perkembangan sains dan teknologi, terdapat banyak contoh dari produk dan jasa inovatif dalam rangka menyediakan alternatif yang lebih baik bagi kehidupan sehari-hari. Inovasi mengubah cara hidup kita,” ujar Vassilis dalam siaran persnya, Selasa (29/11/2022).

Baca juga: Luhut: Jika Kurs Rupiah Tembus Rp 16.000, Bukan karena Ekonomi RI Enggak Bagus

Ia memberi contoh-contoh inovasi seperti kendaraan elektrik (electric vehicles/EV) dan energi terbarukan yang berpotensi mengurangi emisi karbon guna melindungi bumi.

“Kebijakan berbasis sains yang inklusif dapat berperan dalam mengakselerasi inovasi disruptif,” katanya.

Pemanfaatan sains dan teknologi juga telah dilakukan oleh perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International (PMI), melalui penelitian dan pengembangan untuk memperkenalkan variasi produk tembakau bebas asap.

“Sains dan teknologi memungkinkan penciptaan produk bebas asap yang merupakan alternatif lebih baik bagi perokok dewasa,” jelasnya.

Baca juga: Kalah Gugatan soal Nikel di WTO, Indonesia Akan Terus Jalankan Hilirisasi

Ia menguraikan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, saat ini ada sekitar 1 miliar perokok dan walaupun kampanye berhenti rokok digalakkan, populasinya masih akan tetap sama pada tahun 2025.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa rokok terbukti jelas berdampak buruk bagi kesehatan. Kesadaran itu mendorong Philip Morris International, perusahaan induk Sampoerna, mengembangkan produk tembakau alternatif tanpa pembakaran.

"Mereka yang belum bisa berhenti merokok berhak atas alternatif yang lebih baik," kata  Vassilis.

Lewat investasi 9 miliar dollar AS serta proses riset selama lebih dari satu dekade yang melibatkan ilmuwan terkemuka dunia, PMI menemukan bahwa masalah utama dari merokok ialah akibat pembakaran. Sebab hal itu menghasilkan bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam asap.

Baca juga: Diminta Mundur, Karyawan Jiwasraya Tuntut Hak Dipenuhi

Di sisi lain, Vassilis menyebut bahwa nikotin bersifat adiktif dan tidak bebas risiko. Akan tetapi, nikotin bukan merupakan penyebab utama dari penyakit terkait merokok.

Oleh karena itu, produk bebas asap menghantarkan nikotin menggunakan metode lain yaitu tanpa pembakaran.

“Sedangkan produk bebas asap mengeliminasi pembakaran. Karena tidak dibakar, maka tidak ada api, tidak ada abu, serta tidak ada asap,” ujarnya.

Salah satu produk bebas asap yang dikembangkan PMI dengan mengedepankan sains dan teknologi ialah IQOS, yang merupakan salah satu platform terdepan untuk produk tembakau yang dipanaskan di dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com