Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Jokowi Sebut Investasi Tahun Depan Lebih Sulit

Kompas.com - 01/12/2022, 05:14 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gejolak ekonomi global yang masih dihantui ketidakpastian membuat arus investasi menjadi berubah. Investor berbondong-bondong menarik dananya dari negara berkembang untuk dialihkan ke aset likuid.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kondisi tersebut lah yang membuat negara-negara di dunia berebut memancing para investor agar mau berinvestasi di negaranya, sehingga persaingan antar-negara untuk mendapatkan investasi akan semakin ketat.

Dengan demikian, dia memprediksi potensi Indonesia mendapatkan investasi di tahun depan tidak akan semudah tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga: Jokowi Tak Bermaksud Menakut-nakuti Rakyat soal Resesi Global 2023

"Investasi tidak semudah tahun 2021, tidak semudah tahun 2022, untuk nanti investasi di tahun depan," ujarnya saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Padahal target investasi pemerintah terus naik dari tahun ke tahun. Pada 2021 investasi ditargetkan sebesar Rp 900 triliun, kemudian naik menjadi Rp 1.200 triliun di 2022, lalu naik lagi menjadi Rp 1.400 triliun di 2023.

Oleh karenanya, dia meminta seluruh kementerian dan kepala daerah untuk tidak mempersulit investor berinvestasi ke Indonesia. Sebab, investasi merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca juga: Jokowi: Jangan Mempersulit Investor Masuk ke Indonesia


"Tahun ini Rp 1.200 triliun insya Allah tadi baru saja saya diberikan laporan dari Menteri Investasi juga bisa tercapai. Tapi tahun depan Rp 1.400 triliun itu juga bukan angka yang kecil. Bukan angka yang kecil karena semua negara berebut investasi," jelasnya.

Selain itu, Jokowi juga meminta agar semua pihak berhati-hati menjaga kepercayaan dari investor asing yang baru saja diperoleh dengan cara menerapkan kebijakan dan reformasi struktural yang tepat.

Sebab menurutnya, kebijakan dan reformasi struktural yang tepat menjadi nilai lebih di mata investor karena menunjukkan Indonesia memang ingin membangun cara-cara kerja baru.

"Itulah yang menimbulkan trust dan kepercayaan terhadap kita tapi hati-hati masih perlu policy-policy yang kita reform dan perlu pelaksanaan di lapangan yang benar," tuturnya.

Baca juga: Jokowi Jengkel Dana Pemda Mengendap di Perbankan Capai Rp 278 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com