Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Sri Mulyani, Inggris Dilanda Krisis Akibat Kesalahan Sendiri

Kompas.com - 02/12/2022, 13:08 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ada sejumlah sebab Inggris tengah dalam kondisi krisis ekonomi sebagaimana saat ini. Namun, resesi di negara itu sejatinya akibat kebijakan ekonomi yang salah.

Di saat bersamaan, ekonomi global juga sedang tidak baik. Hal itulah yang membuat sentimen negatif kemudian menjalar semakin kuat.

Sebagai informasi saja, saat PM Inggris Liz Truss masih menjabat, ia memerintahkan Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng untuk mengurangi pajak hingga 48 miliar dollar AS tanpa mengurangi belanja negara.

Termasuk menghapus tarif pajak penghasilan bagi 45 persen orang kaya Inggris. Otomatis pemasukan negara berkurang, padahal Inggris sedang membutuhkan banyak uang untuk membantu warganya yang kesulitan.

Baca juga: Wacana KA Argo Parahyangan Ditumbalkan demi Kereta Cepat

"Salah fiscal position even ekonomi sekuat Inggris juga ngglempang (jatuh)," ujar Sri Mulyani dikutip dari Kompas TV, Jumat (2/12/2022).

Pasar keuangan khawatir Inggris akan semakin banyak berutang namun tidak mampu membayarnya. Nilai tukar poundsterling pun jatuh, bunga pinjaman ke bank dan bunga KPR pun meningkat.

Bank of England harus mengeluarkan dana miliaran pounds untuk menstabilkan nilai mata uang tersebut.

"Fiskal akan tetap suportif tapi tetap prudent (berhati-hati) karena itu menjadi jangkar stabilitas ekonomi," ucap Sri Mulyani.

Kebijakan fiskal yang ketat di 2023 kemungkinan akan terlihat dari sejumlah subsidi yang tidak akan dilanjutkan oleh pemerintah. Termasuk menurunkan batas defisit anggaran menjadi Rp 598,2 triliun atau 2,84 persen.

Baca juga: Biaya Kereta Cepat Bengkak gara-gara Perhitungan China Salah

Lanjut Sri Mulyani, belajar dari Inggris, Indonesia diharapkan tidak jatuh ke lubang yang sama. Ia mengaku pemerintah Indonesia melakukan kebijakan fiskal yang luar biasa atau extraordinary.

Misalnya dengan menaikkan batas defisit anggaran untuk menangani pandemi dan memulihkan ekonomi. Yakni dengan menambah utang saat pemasukan negara rendah.

"Kerja fiskal kita yang extraordinary selama pandemi, tahun depan harus kembali disiplin," kata Sri Mulyani.

Kesalahan Inggris sendiri

Sebelumnya, Sri Mulyani menyebut kalau krisis Inggris terjadi karena kesalahan mereka sendiri.

"Itu lebih spesifik karena policy mereka sendiri, tetapi juga bisa mempengaruhi sentimen karena kejadiannya berurutan pada saat Federal Reserve di AS menaikkan (suku bunga) 75 basis poin. Jadi itu menimbulkan kombinasi dua sentimen yang men-drive selama seminggu ini," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Jadwal KRL Solo Jogja di Semua Stasiun sampai Palur Per Desember 2022

Ia menilai, kondisi yang dialami Inggris disebabkan oleh kebijakan fiskal negara itu sendiri. Pemerintah Inggris berencana memangkas pajak dan memberikan insentif investasi bagi dunia usaha, sementara di saat bersamaan otoritas moneternya menaikkan suku bunga acuan.

Kebijakan pemerintah Inggris yang berfokus pada pertumbuhan itu membuat nilai tukar poundsterling anjlok.

Para pelaku pasar khawatir utang Inggris akan kembali meningkat, padahal saat ini rasio utangnya sudah lebih 100 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu bilang, setiap negara memiliki kebijakan masing-masing dalam membendung efek krisis ekonomi di Inggris.

"Setiap negara punya situasi khusus masing-masing. Kalau kita lihat apa yang terjadi di Inggris itu tentu pertama akan menimbulkan sentimen kepada seluruh dunia," ujar dia.

Baca juga: Bengkak Lagi, Utang Pemerintah Era Jokowi Kini Tembus Rp 7.496 Triliun

Ia juga berujar, ekonomi Indonesia masih terbilang kuat meski diterpa dampak krisis di Inggris. Indikasinya, penerimaan negara yang semakin besar dan utang yang masih dalam batas wajar.

"Penerimaan negara yang kuat, belanja yang tetap bisa kita jaga secara hati-hati, sehingga issuance atau penerbitan dari surat berharga kita jauh lebih rendah 40 persen, menurun sangat tajam," ungkap Sri Mulyani.

"Ini juga menempatkan kita dalam posisi tidak terlalu vulnerable (rentan) terhadap gejolak yang diakibatkan berbagai sentimen tadi," jelas dia lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com