JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, laju inflasi nasional pada November 2022 tercatat sebesar 5,42 persen (year on year/yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 5,71 persen (yoy). Pemerintah menilai melambatnya inflasi tak lepas dari upaya pengendalian harga pangan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, inflasi pangan bergejolak atau volatile food menopang penurunan laju inflasi nasional. Inflasi volatile food tercatat sebesar 5,70 persen (yoy) di November 2022, lebih terkendali dari Oktober 2022 yang mencapai 7,20 persen (yoy).
"Inflasi volatile food menurun karena extra effort pengendalian inflasi seluruh pihak di tengah inflasi administered prices (harga yang diatur pemerinta) yang masih tinggi," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (2/12/2022).
Baca juga: Inflasi November 2022 Capai 5,42 Persen, Sektor Transportasi Jadi Penyumbang Terbesar
Secara bulanan, volatile food justru tercatat mengalami deflasi sebesar -0,22 persen (month to month/mtm). Komoditas pangan yang mengalami penurunan harga atau deflasi yakni cabai merah dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,08 persen dan -0,03 persen.
Sementara untuk komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga atau inflasi yakni telur ayam ras, tomat, beras, tempe, tahu mentah, dan bawang merah.
Airlangga menjelaskan, harga telur mengalami kenaikan karena pasokannya yang terbatas di tengah peningkatan permintaan sepanjang November 2022.
Terbatasnya pasokan merupakan dampak dari afkir dini oleh peternak pada saat stok melimpah dan harga turun pada momen puasa hingga Lebaran atau sepanjang April-Mei 2022.
"Komoditas beras juga masih mengalami inflasi, namun mulai melemah," katanya.
Pada komponen administered prices atau harga yang diatur pemerintah, tercatat terjadi inflasi sebesar 13,01 persen (yoy), turun tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar 13,28 persen (yoy). Komoditas yang memberikan andil inflasi pada komponen ini yakni rokok kretek filter dan rokok putih.
Pada bulan-bulan sebelumnya inflasi administered prices utamanya disebabkan normalisasi tarif angkutan akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, dampak penyesuaian harga BBM nampak sudah mereda pada November 2022.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.