Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Pertahankan Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5 Persen Jadi Tantangan di 2023

Kompas.com - 02/12/2022, 15:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, mempertahankan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas 5 persen pada, merupakan sebuah tantangan. Hal itu tidak mudah, sebab masih dibayangi gejolak ekonomi global.

Adapun pemerintah menargetkan pada 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,3 persen dengan tingkat defisit anggaran 2,84 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Pada 2023, tantangan untuk bisa tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Kita lihat global, masih ada geopolitik yang menimbulkan dampak," ujarnya dalam Kompas 100 CEO Forum di Istana Negara, Jumat (2/12/2022).

Baca juga: Tidak Ingin Seperti Inggris, Sri Mulyani akan Disiplinkan Keuangan Negara Tahun Depan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2022 memang terjaga di kisaran 5 persen. Pada kuartal I-2022 ekonomi tercatat tumbuh 5,01 persen (year on year/yoy), kuartal II-2022 tumbuh 5,44 persen (yoy), dan kuartal III-2022 tumbuh 5,72 persen (yoy).

Namun kondisi perekonomian tahun ini tentu akan berbeda dengan tahun depan. Sebab, pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu ditopang kinerja positif dari investasi, konsumsi, dan neraca perdagangan.

Hingga kuartal III-2022, investasi tercatat tumbuh 4,96 persen (yoy) dan konsumsi rumah tangga tumbuh 5,39 persen. Sementara neraca perdagangan terus surplus di sepanjang 2022, bahkan selama 30 bulan berturut-turut.

Pada kuartal III-2022, kinerja ekspor Indonesia tercatat mampu tumbuh 21,64 persen. Kinerja perdagangan positif itu, tak lepas dari keuntungan yang didapat karena kenaikan harga komoditas di pasar global, serta naiknya permintaan dari negara-negara mitra dagang.

"Ekspor gerakannya sangat tinggi. Ini karena dua hal, salah satunya volume, itu karena RRT (China) Amerika, Eropa, Jepang (permintaannya) masih cukup tinggi. Sekarang India juga sebagai pusat pertumbuhan yang luar biasa, terutama untuk CPO (minyak kelapa sawit) kita. Ini menyebabkan kita bisa memiliki daya tumbuh yang berasal dari eksternal," jelas Sri Mulyani.

Baca juga: Kata Sri Mulyani, Inggris Dilanda Krisis Akibat Kesalahan Sendiri

Kendati demikian, jika ekonomi global melemah di tahun depan, seiring dengan meningkatnya potensi resesi global, maka kondisi itu akan turut berdampak pada kinerja ekspor RI. Sebab, pelemahan ekonomi di negara-negara mitra dagang akan menurunkan permintaan produk dari Indonesia.

"Kalau dunia temaram, permintaan ekspor juga menurun, komoditas juga tidak akan setinggi itu (harganya)," imbuh dia.

Oleh sebab itu, lanjut Sri Mulyani, pengelolaan APBN 2023 harus mampu menjaga optimisme berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional, namun di sisi lain harus mampu merespons risiko-risiko global. Ini pula yang membuatnya menargetkan defisit anggaran kembali ke level di bawah 3 persen.

"Jadi bagaimana kebijakan fiskal itu merespons terhadap di satu sisi ada harapan, di sisi lain ada resiko yang harus kita kelola. APBN 2023 pun telah ditetapkan defisit di 2,84 persen, ini sesuai dengan janji kita bawa ekspansi fiskal yang extraordinary karena pandemi akan berakhir di tahun ini dan kita kembali kepada disiplin fiskal," pungkasnya.

Baca juga: Cerita Sri Mulyani Kerap Dapat Tagihan Besar dari Bos Pertamina dan PLN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com